Rabu 23 Aug 2017 11:47 WIB

Islam Moderat Cak Nur Dinilai Bisa Jadi Pemersatu Bangsa

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Bilal Ramadhan
Dimas Oky Nugroho
Foto: siperubahan
Dimas Oky Nugroho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politik di Indonesia tahun ini, memanas lagi dengan meributkan masalah agama yang dibenturkan dengan Pancasila serta nasionalisme. Beberapa organisasi pun akhirnya di cap sebagai organisasi keagamaan radikal. Nurcholis Madjid atau Cak Nur yang dikenal dengan Islam Moderatnya, bisa menawarkan jalan tengah pada ricuh politik 2017 ini.

Melalui sebuah diskusi hangat dengan tema 'Mengenang Sosok Cak Nur', Staff Khusus Kepala Staff Kepresidenan, Dimas Oky Nugroho, menjadi pembicara sekaligus pengagum sosok Cak Nur. Ia mengatakan pentingnya kelahiran orang-orang dengan pemikiran seperti Cak Nur di tengah ricuh politik saat ini.

"Saat ini butuh banyak orang seperti Cak Nur untuk mendinginkan politik tahun ini. Itulah tantangan intelektual Islam kekinian dalam konteks merawat kemajemukan dan juga untuk pembangunan," kata dia dalam diskusi yang diadakan di Diskusikopi, Jakarta, Selasa (22/8) malam.

Dimas sangat menikmati semua tulisan-tulisan Cak Nur, serta berkesempatan berbicara intens dengan sosok yang dulu sempat kontroversial itu, ketika ia masih aktif menjadi seorang aktivis. Bagi dia, Cak Nur berani mengelaborasi pemikiran-pemikiran Islam modern.

"Pada 1970an, membicarakan tentang intinya ajak dukung pembaharuan pikiran umat Islam. Waktu itu masyarakat Islam di polarisasi oleh pemikiran utama, Masyumi dan NU, dan ini buat ketegangan tertentu. Ini buat hubungan tensi antara negara jadi tegang. Cak Nur menjembatani itu, dengan idenya, menggali kemodernitas itu," ujar dia.

Dalam pemikiran Cak Nur, modernitas bukan proyek barat tapi memang ada di nasional. Cak Nur melihat pentingnya kemajemukan pemikiran dan kemajemukan politik. Islam Yes, Partai Islam No. Esensinya adalah Islam tidak diposisikan dalam hitam sejarah. Islam mampu ikut berperan mendorong perubahan.

"Cuma yang jadi unik, ketika dia bangun konteks relasi antara Islam dan negara, waktu itu Orde Baru melihat Islam sebagai musuh dan pengganggu. Tapi Cak Nur meletakkan Islam dengan pemikiran yang berani dan berkarakter. Di situ Cak Nur mampu menggerakkan banyak anak muda. Sehingga banyak muncul anak muda dengan Islam Tengah atau Islam Moderat," jelas mantan Calon Wali Kota Depok 2015 itu.

Cak Nur dianggap sebagai kelompok liberal dan mencoreng Islam, Dimas kecewa dengan orang-orang yang memojokkan Cak Nur di akhir kisah hidupnya yang menyebutkan Cak Nur telah bertaubat dan dengan berbagai isu lainnya, Dimas mengatakan itu tidak benar.

Sosok dengan pemikiran seperti Cak Nur, saat ini menjadi penting, pemuda harus bisa meletakkan Islam jadi relevan. Bagi Dimas, Islam adalah mayoritas di Indonesia, tentu harus mampu mengikuti perkembangan zaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement