Selasa 22 Aug 2017 23:31 WIB

Sosiolog: Budaya Tabayyun Perlu Ditumbuhkan

 Masyarakat dan pengiat media sosial saat mengelar kegiatan sosialisasi sekaligus deklarasi masyarakat anti hoax di Jakarta,Ahad (8/1).
Foto: Republika/Prayogi
Masyarakat dan pengiat media sosial saat mengelar kegiatan sosialisasi sekaligus deklarasi masyarakat anti hoax di Jakarta,Ahad (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sosiolog Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Zuly Qodir mengatakan budaya masyarakat Indonesia untuk mengklarifikasi setiap informasi yang diterima melalui media sosial perlu ditumbuhkan guna menghindari penyebarluasan informasi yang menyesatkan dan berpotensi mengusik perdamaian bangsa.

"Kalau dapat informasi yang tidak jelas sumbernya sebaiknya harus tabayyun (klarifikasi) dulu, jangan asal dikonsumsi atau disebarluaskan," kata Zuly dalam diskusi kebangsaan dengan tema "Kebangsaan Dalam Masyarakat Multikultural" di Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY), Selasa (22/7).

Zuly menilai belakangan ini tren masyarakat mengonsumsi serta menyebarluaskan informasi melalui media sosial sangat pesat. Sayangnya, semangat mengonsumsi dan menyebarkan informasi itu kerap tidak diimbangi dengan budaya klarifikasi sehingga justru menimbulkan maraknya penyebarluasan informasi palsu atau hoax atau bermuatan fitnah yang justru mengusik perdamaian Indonesia.

"Saya melihat seolah-olah masyarakat kita tidak butuh klarifikasi, mereka hanya melihat dan langsung ikut menyebarkan padahal isinya fitnah dan bermuatan kebencian," kata dia.

Oleh sebab itu, ia mengatakan kemajuan teknologi informasi bisa menjadi bumerang bagi Bangsa Indonesia sendiri apabila dalam pemanfaatannya tidak diimbangi dengan penerapan nilai-nilai kebijaksanaan. "Karena itu saya menilai kedamaian bangsa ini bisa terusik dengan penyebaran berita hoax," kata dia.

Sementara itu, Rektor Universitas Atmajaya Yogyakarta Gregorius Sri Nurhartanto memaklumi tantangan bangsa dalam mengelola informasi semakin meningkat mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial teraktif di dunia. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia, kata dia saat ini mencapai 111 juta khususnya untuk Facebook dan Twitter.

Menurut Nurhartanto Pemerintah Indonesia memang tidak perlu menghindari kemajuan teklogi informasi itu, melainkan harus memosisikannya sebagai tantangan dengan terus mendorong seluruh masyarakat Indonesia lebih cerdas dalam memilah informasi yang diterima. "Tantangan ada di depan mata, kita tidak mungkin melangkah mundur," kata Nurhartanto dalam acara yang diselenggarakan UAJY dan Paguyuban Wartawan Sepuh (PWS) Yogyakarta ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement