Selasa 22 Aug 2017 12:38 WIB

BNPB: Titik Api Kembali Meningkat

Seorang pria melihat peta titik api (hot spot)
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Seorang pria melihat peta titik api (hot spot)

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan titik api berada di sejumlah daerah kembali meningkat akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). "Sesuai prediksi sebelumnya, titik api akibat karhutla akan terus meningkat memasuki akhir Agustus hingga September. Meski pun di beberapa wilayah mengalami hujan di atas normal pada musim kemarau, bahkan terjadi banjir di Sulawesi, Kalimantan dan sebagian Sumatera, namun karhutla masih terjadi di beberapa daerah," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat dihubungi di Jakarta, Selasa (22/8).

Dari pantuan satelit Terra, Aqua dan SNPP, Selasa (22/8) pukul 08.00 WIB terdeteksi sebanyak 538 titik api, dan terus meningkat. Di Kalimantan Barat yakni sebanyak 193 titik api, dan Papua sebanyak 143 titik api.

Kemudian titik api akibat karhutla juga tersebar di daerah lainnya, di antaranya Aceh sebanyak 11 titik api, Jabar 19 titik api, Jatim 10 titik api, Kalsel 11 titik api, Kalteng empat titik api, Kaltim tiga titik api, Kaltara 11 titik api. Begitu juga di Kepulauan Bangka Belitung 12 titik api, Lampung 31 titik api, Maluku empat titik api, Maluku Utara dua titik api, NTB tujuh titik api, NTT 48 titik api. Sedangkan di Riau tiga titik api, Sulawesi Selatan 40 titik api, Sumatera Selatan  delapan titik api, dan lain-lain.

"Kemungkinan jumlah titik api di lapangan lebih banyak dari pada 538 titik api yang terpantau itu, karena di beberapa wilayah tidak terlintasi oleh Satelit Terra dan Aqua sehingga beberapa wilayah blank spot seperti Aceh, Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan NTT," ungkapnya.

Ia menambahkan, hingga saat ini enam provinsi telah menetapkan siaga karhutla. Di antaranya Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel.

Menurut Sutopo, dengan adanya penetapan siaga darurat mekanisme pengerahan bantuan lebih mudah karena ada kemudahan akses, dan penanganan karhutla lebih terkoordinasi. Secara umum strategi penanganan karhutla dilakukan dengan menetapkan lima satgas. "Yakni darat, udara, penegakan hukum, pelayanan kesehatan, dan sosialisasi yang terus menerus melakukan imbauan, sosialisasi dan patroli," katanya.

Secara umum penanganan karhutla menunjukkan kemajuan. Dia menegaskan, tidak mungkin menihilkan titik api dari seluruh wilayah Indonesia dalam sepanjang tahun. Luas lahan yang terbakar juga menunjukkan penurunan. Tercatat tahun 2015 sebanyak 2,61 juta hektare, tahun 2016 sebanyak 438 ribu hektare, dan tahun 2017 sekitar 20 ribuan hektare.

Ia memprediksi kemarau akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Puncak musim kemarau pada September sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan akan makin meningkat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement