REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jumlah pengusaha di Indonesia memang masih sangat terbatas. Hal itu kemudian mendorong Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) untuk meluncurkan Sekolah Bisnis Santripeneur (SBS).
Sekolah yang berkantor pusat di Yogyakarta itu juga digagas oleh Santripeneur Indonesia, yang merupakan sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang kewirausahaan santri.
Ketua Umum HIPSI, Muchammad Ghozali menilai, Yogyakarta merupakan kota yang paling cocok dipilih menjadi pelopor penerapan SBS.
"Yogya adalah gudangnya industri kreatif. Itulah yang membuat kota ini cocok dipilih menjadi pelopor dan kantor pusat SBS," ucapnya kepada Republika.co.id usai konferensi pers di Yogyakarta, Senin (21/8).
Selain itu, lanjut dia, Yogya juga memiliki jumlah pesantren yang cukup banyak dengan letak yang relatif berdekatan. Hal itu menjadi nilai tambah sehingga lebih memudahkan dalam hal koordinasi.
Menurutnya, di Yogya telah terdapat lima pesantren yang siap menerapkan SBS. "Jadi ini bukan mendirikan sekolah baru, melainkan menyisipkan kurikulum wirausaha ke dalam pesantren-pesantren yang sudah ada dan tertarik untuk menerapkan SBS," kata dia.
Direktur Pelaksana SBS, Muhammad Choirul Anam menambahkan bahwa program ini mulai berjalan pada ahhir Agustus 2017. Peserta yang boleh mengikutinya adalah kalangan santri dari seluruh pesantren di Indonesia serta pemuda dan pemudi muslim yang berkeinginan untuk menjadi pengusaha sukses.
Tempat berlangsungnya program SBS ini adalah di pondok pesantren yang sudah mendaftarkan kesedianya menjadi kantor cabang SBS pada Yayasan Santripeneur Indonesia. Menurutnya, untuk memudahkan pendaftaran, pesantren yang tertarik dapat melakukan proses pendaftaran secara online.