Senin 21 Aug 2017 12:55 WIB

Insiden Bendera, DPR: Indonesia Jangan Seperti Malaysia

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Bendera merah putih tampak dicetak terbalik di buku panduan SEA Games ke-29 di Malaysia.
Foto: AP/Yau
Bendera merah putih tampak dicetak terbalik di buku panduan SEA Games ke-29 di Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski pihak Malaysia telah menyampaikan permohonan maaf atas insiden salah cetak bendera Indonesia dalam buku panduan SEA Games XXIX Malaysia, namun sejumlah pihak belum merasa puas. Anggota Komisi X DPR yang membidangi olahraga Dadang Rusdiana meminta Pemerintah tidak menganggap sepele insiden salah cetak tersebut.

Menurut Dadang, Pemerintah harus memberi catatan penting kepada Malaysia, bahkan mendorong Pemerintah Malaysia melakukan penyelidikan. "Boleh mereka minta maaf, tetapi ketika ada kesalahan seperti ini, dikesankan, bahkan cenderung menghina Indonesia, kita harus serius. Kita mendorong pemerintah mendesak Malaysia melakukan penyelidikan," ujar Dadang di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Senin (21/8).

Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui apakah ada unsur kesengajaan dalam insiden salah cetak tersebut. Sebab, bukan kali ini saja Malaysia terkesan merendahkan Indonesia. "Kita harus memberikan pelajaran, bukan kali ini Malaysia merendahkan Indonesia, dalam banyak hal, tidak hanya dalam even olahraga," ujar Sekretaris Fraksi Partai Hanura tersebut.

Kemudian Dadang melanjutkan, di samping permintaan maaf juga buku maupun pernak- pernik yang memuat kesalahan itu juga harus ditarik. Menurutnya, jika Pemerintah Malaysia ternyata tidak serius dalam menangani persoalan insiden salah cetak tersebut, maka Pemerintah harus serius dalam bersikap.

"Kita jangan tanggung-tanggung. Kalau perlu kontingen Indonesia semua ditarik untuk tidak melanjutkan," katanya.

Tak hanya itu, Dadang juga mengomentari tim sepak takraw putri Indonesia memilih mundur dan WO dari pertandingan melawan Malaysia pada laga final SEA Games 2017. Hal ini setelah tim merasa dicurangi oleh keputusan sang wasit utama, Muhammad Radi, yang berasal dari Singapura.

"Di sepak takraw mereka melakukan hal yang sama. Bukan pelanggaran mereka anggap pelanggaran dan cenderung mereka melakukan lobi terhadap wasit. Itu sangat tidak jujur, sangat tidak elok," ujarnya.

Karenanya, ia menilai peristiwa tersebut semestinya membuat Indonesia perlu memberi catatan kepada Malaysia yang kerap membuat masalah. Hal ini juga kata Dadang perlu menjadi pelajaran bagi Indonesia yang dalam waktu dekat akan menjadi tuan rumah Asian Games.

"Ya pertama tentu ada hikmah. Kita harus benar-benar menghitung agar Indonesia bisa menjadi tuang rumah profesional.  Memperhatikan sampai hal-hal kecil, tidak boleh melukai siapa pun, harus menghargai siapa pun. Olahraga itu sportifitas, bukan hanya kemenangan, bukan hanya mendali. Indonesia tidak boleh seperti Malaysia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement