Jumat 18 Aug 2017 14:21 WIB

Ribuan Desa di Kupang Ditargetkan 'Menyala' Tahun 2019

Petugas PLN memeriksa aliran listrik melalui alat meter listrik di salah satu rumah di Desa Lifuleo, Dusun Panaf, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (20/7) malam.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Petugas PLN memeriksa aliran listrik melalui alat meter listrik di salah satu rumah di Desa Lifuleo, Dusun Panaf, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (20/7) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Nusa Tenggara Timur (NTT) Bone Marasit mengatakan pemerintah menargetkan sebanyak 10.300 desa tertinggal yang sebagian besar berada di Indonesia bagian timur teraliri listrik pada 2019. Target ini ditetapkan karena hingga 2016 masih ada sekitar 12.659 desa belum teraliri listrik secara nasional.

"Dari total itu 2.519 di antaranya masih gelap pada malam hari," katanya di Kupang, Jumat.

Menurut dia, untuk mewujudkan target itu, maka diterbitkanlah program yang dinamakan Program Indonesia Terang (PIT) dengan rasio elektrifikasi akan meningkat dari 85 persen pada 2015 menjadi 97 persen pada 2019.

Artinya kata dia jumlah 12.659 desa yang mencakup 16 persen dari total desa dengan 2.527.469 KK dan 9.970.286 jiwa dengan total kebutuhan daya untuk PIT itu mencapai 500 MW hingga 1.000 MW.

Ia mengatakan, tahapan program dimulai dengan konsolidasi data dan sinkronisasi perencanaan di tingkat pusat yang tuntas Maret 2016, lalu dilakukan pelatihan perencanaan kelistrikan desa selama periode Maret-Juni 2016 serta tahapan selanjutnya adalah perencanaan kelistrikan desa di tingkat provinsi dan kabupaten sepanjang 2016.

"Terakhir, implementasi PIT yang dimulai tahun ini dengan sejumlah lokasi percontohan dan dilanjutkan secara menyeluruh hingga 2019," ujarnya.

PIT akan dimulai di enam provinsi paling timur Indonesia yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT, dan NTB yang mencakup 65 persen desa tanpa listrik. Khusus untuk NTT saja katanya hingga akhir 2016 Rasio Elektrifikasi (RE) Provinsi NTT baru 58 persen.

"Kenyataan ini seakan-akan NTT bukan bagian dari Indonesia. Karena dengan rasio elektrifikasi seperti itu artinya ada 42 persen masyarakat NTT masih hidup dalam kegelapan atau belum mendapat listrik," katanya.

Ini memprihatinkan karena rasio elektrifikasinya begitu rendah, sehingga minta perhatian serius pemerintah agar secara all out membangun infrastruktur kelistrikan di NTT.

Sebelumnya, Wakil Gubernur NTT, Benny A. Litelnoni, mempresentasikan bahwa rasio elektrifikasi di NTT hingga tahun 2015 baru mencapai 58,67 persen.

Sedangkan rasio desa berlistrik NTT tahun 2015 sebesar 62,35 persen. Sedang total daya mampu seluruh sistem NTT posisi Juli 2016 sebesar 161,56 Mega Watt (MW), dengan cadangan sebesar 18,54 MW.Dengan total konsumsi listrik tahun 2015 sebesar 749.751 MW, dengan proyeksi tahun 2016 sebesar 777.487 MW.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement