Jumat 18 Aug 2017 09:20 WIB

Bulog Banyumas Kebut Pengadaan Beras

Seorang pekerja mengangkut beras di gudang beras Bulog, Jl Gedebage, Kota Bandung, Selasa (29/3).
Foto: Ade Lukman Hakim
Seorang pekerja mengangkut beras di gudang beras Bulog, Jl Gedebage, Kota Bandung, Selasa (29/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Perum Bulog Subdivisi Regional Banyumas, Jawa Tengah mengebut pengadaan beras seiring dengan pemberlakuan fleksibilitas harga dalam penyerapan beras petani dengan kenaikan harga pembelian 10 persen di atas harga pembelian pemerintah (HPP). "Dengan adanya fleksibilitas harga tersebut, sampai akhir 2017, kami masih kurang sekitar 23 ribu ton setara beras," kata Kepala Perum Bulog Banyumas Setio Wastono didampingi Kepala Seksi Komersial M Priyono di Purwokerto, Jumat (18/8).

Menurut dia, kekurangan tersebut muncul setelah prognosa pengadaan pangan Bulog Banyumas 2017 yang semula sebesar 85 ribu ton setara beras. Harga itu diturunkan menjadi sekitar 60 ribu ton setara beras.

Ia mengatakan hingga saat ini, pengadaan pangan yang dilaksanakan Bulog Banyumas telah mencapai kisaran 37 ribu  ton setara beras. Dia optimistis dengan adanya fleksibilitas harga, kekurangan sekitar 23 ribu ton setara beras dapat terpenuhi.

"Setelah adanya fleksibilitas harga, petani tertarik untuk menjual gabah mereka ke Bulog karena harganya lebih tinggi dari harga gabah di pasaran. Bahkan, kualitas gabah yang masuk ke gudang-gudang Bulog Banyumas saat sekarang cukup bagus," katanya.

Priyono mengatakan harga gabah kering giling (GKG) di pasaran saat sekarang berkisar Rp 4.800 hingga Rp 4.900 per kilogram. Akan tetapi dengan adanya fleksibilitas harga, kata dia, HPP GKG di tingkat petani yang semula Rp 4.650 per kilogram naik menjadi Rp 5.115 per kilogram. Sedangkan HPP beras yang semula Rp 7.300 per kilogram menjadi Rp 8.030 per kilogram.

Oleh karena itu, kata dia, petani tertarik untuk menjual gabahnya ke Bulog karena harganya lebih tinggi dari pasaran. Terkait dengan volume rata-rata gabah yang masuk ke gudang Bulog Banyumas setiap harinya, dia mengakui jika hingga saat ini masih relatif stabil di kisaran 500 ton per hari meskipun masa panen hampir berakhir dan banyak tanaman padi yang terserang hama wereng.

"Namun dengan adanya fleksibilitas harga, petani yang biasanya menjual gabah simpanannya ke tengkulak dan sebagainya, lebih memilih menjual gabah ke Bulog," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement