Kamis 17 Aug 2017 14:48 WIB

Amien Rais: Ada Siluman Perundang-undangan

Rep: Santi Sopia/ Red: Agus Yulianto
Amien Rais
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua MPR RI Amien Rais memberikan catatan kecil di hari kemerdekaan NKRI ke-72. Menurutnya, sekarang ini, Pancasila sebagai folosofi, ideologi, dasar negara, makin lama, dirasa semakin hampa.

"Secara lisan, boleh hafal (Pancasila), anak sekolah, mahasiswa, pejabat, dari lurah bahkan tukang becak, tapi saya melihat saudaraku, dalam praktiknya, ketuhanan maha esa berubah jadi keuangan yang sangat digdaya," kata Amien saat memberikan pidato pada upacara kemerdekaan di Universitas Bung Karno, Jakarta, Kamis (17/8).

Amien menyebut, itulah realita yang terjadi terkait sila pertama Pancasila. Lalu, terkait sila kedua, dalam kenyataannya, kata dia, di berbagai wilayah terjadi bentrok antar suku, bangsa. Hal itu dinilainya, menjadi kemanusian yang tidak adil dan sedikit biadab.  "Artinya sudah makin hampa," tuturnya.

Kemudian yang terjadi terkait sila ketiga, lanjut Amien, justru adanya pecah belah. Partai-partai dipecah, umat Islam diadu, umat beragama juga diadu satu sama lain.

"Kita sedang mencari, siapa di balik semua ini, kalau ketahuan kita beri perhitungan sama-sama. Ada siluman-siluman tertentu yang memecah belah dengan sistematik, dengan perundang-undangan dan lain-lain, kita harus hadapi bersama," ujar mantan Ketum PAN itu.

Selain itu, kenyataan dari sila keempat juga, menurutnya, seakan kian ditinggalkan. Sekarang bukan musyawarah yang dijunjung tinggi, akan tetapi, adu kuat, adu otot, dan adu uang.

Sedangkan terkait sila kelima, Amien mengatakan, yang terjadi adalah kezaliman sosial bagi kebanyakan rakyat yang memang sudah lama menderita. Negara ini, menurutnya, semakin kering akan teladan.

Ia menyebut, utang negara masih menggelembung, rakyat kecil makin banyak yang kelaparan, dan semakin terasa ada sesuatu yang salah. Menurutnya, banyak kesalahan yang harus diperbaiki. Tetapi yang penting, jangan berhenti berusaha untuk bangsa untuk berjuang.

"Saya dengan para ulama dan lain-lain mendegarkan pidato Boeng Tomo, walaupun tidak baca Alquran, tapi beliau mengatakan, "selama rakyat bersandar pada Allah Yang Maha Esa, maka perjuangan akan berbuah hasil yang nyata. Surah Al-Hajj 38, tapi Allah tidak suka pada pengkhianat yang tidak bersyukur atas rahmat Allah. Kekuasan itu semu bahkan palsu," kata mantan Ketum PP Muhammadiyah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement