REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyampaikan salah satu penyebab terjadinya gizi buruk pada anak-anak disebabkan oleh kurangnya tingkat konsumsi ikan. Karena itu, ia menargetkan agar masyarakat dapat mengkonsumsi ikan hingga 47 kilo per tahunnya.
"Data statistik kita itu angka anak-anak stunting itu yang paling banyak rate-nya itu adalah di tempat yang kurang makan ikan dari 31 kg. Jadi ikan begitu penting dari bagian pertumbuhan anak-anak," ujar Susi di halaman tengah Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/8).
Lebih lanjut, ia menyebut, pada 2015-2016 pemerintah berhasil meningkatkan jumlah konsumsi ikan di masyarakat hingga tujuh kilogram, yakni dari 36 kg menjadi 43 kg. Menurutnya, seluruh penduduk Indonesia membutuhkan 750 ribu ton ikan per tahunnya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
“Dan dari statistik BPS angka stunting tadi adalah satu bukti juga sahih bahwa kurang makan ikan itu membuat pertumbuhan badan terganggu. Kalau pertumbuhan badan terganggu pasti otak juga terganggu,” jelasnya.
Pemenuhan kebutuhan gizi, lanjutnya, sangat penting bagi generasi muda agar dapat berkompetisi secara global dan tak kalah bersaing dengan negara-negara lainnya. Susi menyampaikan, di sejumlah wilayah seperti Yogyakarta dan Solo, mayoritas masyarakatnya tak gemar mengkonsumsi ikan.
Hal inipun menyebabkan kurangnya gizi anak-anak di wilayah tersebut. Sementara, di wilayah-wilayah Indonesia bagian Timur, mayoritas anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik lantaran tingkat konsumsi ikannya yang cukup tinggi.
Susi pun mengatakan, masyarakat Indonesia akan memperoleh berbagai manfaat apabila meningkatkan konsumsi ikan. Selain harganya yang lebih terjangkau daripada harga komoditas daging, ikan juga rendah kolesterol. Mengkonsumsi ikan pun juga dapat mengurangi devisa negara karena tingginya impor daging.