Selasa 15 Aug 2017 09:24 WIB

Harga Garam di Cirebon 'Terjun Bebas' di Titik Terendah

Suasana bongkar muat garam impor dari Kapal MV Golden Kiku ke truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (12/8). Sebanyak 27.500 ton garam impor dari Australia tersebut rencananya akan disebar ke sejumlah Industri Kecil Menengah di tiga wilayah yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat (Ilustrasi)
Foto: Zabur Karuru/Antara
Suasana bongkar muat garam impor dari Kapal MV Golden Kiku ke truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (12/8). Sebanyak 27.500 ton garam impor dari Australia tersebut rencananya akan disebar ke sejumlah Industri Kecil Menengah di tiga wilayah yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Harga garam konsumsi ditingkat petani di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menurun drastis. Harga terjun bebas dari semula Rp 2.700 per kilogram menjadi Rp 700 per kilogram. Penurunan harga dimungkinkan karena adanya garam impor.

"Harganya sudah terus menurun dan ini sudah terjadi sejak seminggu yang lalu," kata seorang petani garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Muklis di Cirebon, kemarin.

Menurutnya, dalam kurun waktu seminggu ini, harga jual garam terus turun dari mulai Rp 400-Rp 200 per harinya. Bahkan, kini harga garam sudah mencapai titik rendah.

Di mana sebelumnya Muklis mengaku pernah menjual garam produksinya mencapai Rp 2.700 per kilogram dan sekarang tengkulak membeli hanya Rp 700 per kilogramnya.

Dia mengatakan, para tengkulak beralasan membeli garam dengan harga murah karena stok di pasaran sedang melimpah. Padahal, para petani kini tengah menikmati panen sebelum memasuki musim penghujan. "Kata para tengkulak garam sudah melimpah di pasaran dan juga adanya garam impor yang sudah masuk," ujarnya.

Senada dengan Muklis, petani lain Naryo mengatakan, dirinya mengalami kerugian yang berlipat karena lahan yang digunakannya adalah hasil sewa dan harga garam malah menurun.  "Harga garam sekarang malah terus menurun, padahal pas musim tanam kemaren harga sewa naik, jadi sangat rugi dengan keadaan seperti sekarang," katanya.

Dia menambahkan, harga sewa 10 petak biasanya Rp 3 juta sampai Rp 4 juta, tapi kemarin naik jadi Rp 5 juta-Rp 6 juta dan panen juga kurang maksimal, namun garam sudah turun drastis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement