REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung yang akan maju ke Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2018, Ridwan Kamil, tak mempermasalahkan koalisi yang dilakukan oleh PDIP dan Golkar Jabar. Menurut pria yang akrab disapa Emil, proses didukung atau tidak didukung dalam politik itu hal biasa.
Namun sebagai objek dari politiknya, ia tidak pernah menutup diri berkomunikasi ke semua partai. Karena, setiap partai memiliki kalkulasi. Yakni, pertama apakah bisa berkoalisi sendiri, kedua kalau berkoalisi akan dilakukan dengan siapa dan ketiga mendahulukan kadernya kalau tidak bisa nanti dealnya seperti apa.
"Saya sudah berpengalaman ikut Pilkada, jadi hal begini itu bukan dramatis. Selama janur kuning belum melengkung, semua masih mungkin," ujar Emil di Pendopo Kota Bandung, Senin (14/8).
Menurut Emil, masing-masing partai saat ini masih belum pasti memberikan dukungan kepada bakal calon. Sehingga, hari ini berita masih berkutat di masalah-masalah ini. "Kalau PDI dan Golkar ternyata seperti yang dipersepsikan ya tidak ada masalah, dicari saja partai lain yang sepaham komunikasinya baik visinya juga sama," katanya.
Emil mengatakan, kondisi seperti ini pernah terjadi pada dirinya pada 2013. Ia, ditolak partai A, B, C dan D. Termasuk, Gerindra dan PKS waktu itu, telah memiliki calon sendiri. "Tapi karena sebuah takdir dan proses tiba-tiba kan begitu ya. Ini juga, sama saya sudah berpengalaman ikut Pilkada itu jadi yang seperti itu bukan hal yang dramatis," katanya.
Bahkan, kata dia, kalau berkaca pada Pilkada Jakarta keputusan siapa yang ikut Pilkada ada diakhir-akhir pendaftaran. Yakni, tiba-tiba Anies Baswedan masuk. Bahkan, AHY tiba-tiba mundur dari militer. "Jadi sebelum hari pendaftaran semua kalkulasi itu tidak ada yang final," ujar Emil seraya mengatakan dengan PDIP, ia tetap berkomunikasi sehingga keputusan akan terlihat nanti di akhir-akhir."