Senin 14 Aug 2017 07:18 WIB

Nagari Tiagan Sumbar Belum Miliki SMA

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Wagub Sumbar Nasrul Abit kunjungi daerah tertinggal di Nagari Tiagan Kecamatan Kinali Pasaman Barat,  Sabtu (12/8).
Foto: dok. Humas Sumbar
Wagub Sumbar Nasrul Abit kunjungi daerah tertinggal di Nagari Tiagan Kecamatan Kinali Pasaman Barat, Sabtu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN BARAT - Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat memang masih memiliki titik-titik daerah tertinggal yang minim infrastruktur penunjang, termasuk pendidikan. Di Kenagarian Katiagan, Kinali misalnya, belum ada gedung Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berdiri.

Siswa SMA harus menempuh perjalanan 45 kilo meter (km) untuk menuju sekolah di pusat Kecamatan Kinali. Tak hanya itu, masyarakat juga mengeluhkan minimnya tenaga pengajar di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit berkunjung ke Kenagarian Katiagan dan mendengar langsung berbagai keluhan di tersebut. Merespons minimnya infrastruktur pendidikan di sana, Nasrul meminta Wali Nagari Katiagan untuk membuat surat permohonan pembangunan SMA kepada gubernur dan Dinas Pendidikan Sumbar. Syaratnya, tanah harus tersedia di Katiagan.

"Langsung saja suratnya ke gubernur, atau nanti Walinagari bersama Camat langsung ke ruang kerja saya, sama-sama kita bahas dengan instansi terkait sebelum bertemu gubernur," ujar Nasrul saat berdialog dengan warga, Ahad (13/8).

Selain soal pendidikan, Nasrul juga menyinggung soal nelayan yang masih menggunakan dayung saat melaut. Ia meminta nagari melakukan pendataan kepada nelayan yang tradisional yang masih menggunakan dayung agar bisa dibantu provinsi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan.

Sementara untuk infrastruktur komunikasi, pemerintah pusat menjanjikan untuk membangun menara seluler di tahun 2018 untuk titik blank spot di Sumbar. Walinagari Katiagan Endang Putra mengatakan, daerahnya saat ini hanya punya 2 unit gedung pendidikan anak usia dini (PAUD), 4 unit Sekolah Dasar (SD), dan satu unit SMP Negeri. "SMA kami belum punya, Sekolah-sekolah yang ada sekarang pun kondisi bangunannya sangat memperhatinkan," katanya.

Endang menjelaskan, belum tersedianya SMA di disana menjadi penyebab tertinggi putus sekolah bagi anak-anak Katiagan. Alasannya, untuk melanjutkan sekolah ketingkat SMA meraka harus menempuh jarak yang sangat jauh seperti daerah Tiku dan Simpang Empat.

"Dari sini keluar saja seperti ke Tiku dan Simpang Empat mencapai 60 kilometer menempuh jalan sempit belobang serta melintas jalan perusahaan sawit," katanya.

Untuk pembangunan sekolah SMA, kata dia, pihak nagari dan tokoh masyarakat telah mempersiapkan lahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement