Jumat 11 Aug 2017 20:50 WIB

Tradisi Wiwit Jelang Panen

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani saat musim panen (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Petani saat musim panen (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wiwit masih menjadi tradisi bagi petani Sleman. Salah satunya dilakukan kelompok Tani Rukun dari Karang Kalasan, yang melakukan tradisi wiwit menjelang dimulainya panen padi, baik panen raya yang dilakukan secara kelompok maupun perorangan.

Tradisi wiwis diselenggarakan kelompok Tani Rukun di Bulang Karang Kalasan, Kamis (10/8). Kegiatan itu dihadiri Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun, Dandim 0732 Sleman Letkof Inf. Joko Sujarwo dan Camat Kalasan Tina Hastani.

"Budaya wiwit bukan syirik karena upacara wiwit itu dilakukan untuk menyampaikan rasa syukur kepada TUhan YME atas hasil yang dicapai selama ini," kata Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun, Kamis (10/8).

Inpari merupakan jenis padi yang dikembangkan kelompok Tani Rukun dan dipanen raya tiga hari mendatang. Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun turut mengungkapkan, tanaman padi kelompok Tani Rukun sempat terserang hama wereng.

Namun, kejelian dan ketekunan kelompok Tani Rukun menghasilkan padi yang cukup baik. Sri merasa, itu perlu dicontoh kelompok tani yang lain di Sleman, terlebih lahan di Sleman dari tahun ketahun mengalami penurunan akibat alih lahan ke pemukiman.

Disampaikan pula luas Sleman yang hanya 18 persen dari lahan DI Yogyakarta, tapi mampu menjadi penopang pangan di DIY sampai 40 persen. Bahkan, tahun lalu mengalami surplus 110 ribu ton Gabah Panen Kering dan tahun ini target surplus 120 ribu ton.

Sedangkan, hasil panen di Kalasan yang belum lama ini dilakukan mampu menghasilkan 10-11 ton per hektar dan untuk jenis Inpari yang dipanen mencapai rata-rata 9,5 ton per hektare. Menurut Sri, itupun sudah mengalami gangguan hama wereng.

"Untuk menjaga agar harga komoditi pertanian tetap stabil atau tidak terlalu rendah, pola zonasi di mana jenis tanaman tertentu tidak selalu cocok ditanam di tempat lain, ada karakteristik tanah yang cocok ditanami jenis tanaman tertentu," ujar Sri.

Sementara, Ketua Kelompok Tani Ruku, Janu Riyanto melaporkan, lahan yang dikelola kelompoknya mencapai 35 hektar. Dari itu, jenis tanaman 28 hektar berupa padi, dua hektar jagung, empat hektar cabe merah dan satu hektar cabe rawit.

"Sedangkan, kendala yang dihadapi kelompok adalah masalah air di musim kemarau karena selokan yang mengalami kerusakan, dan belum tersedianya pompa air untuk pengairan," kata Janu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement