REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Polres Sukabumi melakukan penelusuran penyebab terjadinya gejala pelebaran pembuluh darah di otak (Aneurisma) pada pelajar SD yang tewas di Sukabumi. Hal ini dilakukan untuk menindaklanjuti hasil otopsi yang dilakukan dokter forensik.
''Dari hasil otopsi dokter forensik menyebutkan pada diri korban ada semacam pelebaran pembuluh darah yang bersifat abnormal (Aneurisma),'' terang Kapolres Sukabumi AKBP M Syahduddi kepada wartawan selepas mengunjungi rumah korban pelajar SD yang tewas di Kampung Citiris, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Sukabumi, Kamis (10/8). Hasil otopsi ini lanjut dia menjadi salah satu petunjuk bagi kepolisian untuk mengungkap penyebab korban SR (8 tahun) meninggal dunia.
Syahduddi menuturkan, gejala Aneurisma ini apakah karena korban terbentur, jatuh, atau terpukul pada saat kejadian di sekolah. Oleh karena itu lanjut dia hasil otopsi ini disinkronkan dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.
Ditambahkan Syahduddi, harus ada pemahaman yang diluruskan bahwa ini bukan penyakit bawaan. Intinya kata dia polisi berpegang pada tim ahli dokter forensik yang telah melakukan otopsi.
Ditambahkan Syahduddi, dalam kasus ini terduga pelaku masih seusia dengan korban yakni anak di bawah umur. Sehingga lanjut dia bisa dikatakan kasus ini merupakan anak berhadapan dengan hukum termasuk korban, pelaku dan saksi-saksi yang merupakan teman sekelas dari korban.
''Oleh karena itu proses hukumnya mengacu pada sistem peradilan pidana anak,'' ujar Syahduddi. Ketika anak berhadapan dengan hukum kata dia maka wajib diupayakan diversi yakni pengalihan penyelesaian perkara dari pidanan umum ke luar mekanisme pidana yakni upaya mediasi, dialogis dan koordinasi dengan pihak korban. Langkah ini sambung dia dengan melibatkan sekolah dan pihak yang perhatian pada anak seperti KPAI.