Kamis 10 Aug 2017 00:24 WIB
Hak Jawab

JJ Rizal: Segala Bentuk Peribadatan Keagamaan Harus Dihormati

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejarawan JJ Rizal
Foto: Facebook/JJ Rizal
Sejarawan JJ Rizal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkait berita "Tokoh Bangsa dari Tuban Banyak, Mengapa Tokoh Cina?" yang dimuat Republika.co.id Rabu (2/8), sejarawan JJ Rizal, merasa berita itu tidak sesuai dengan pikiran yang ingin diungkapkan. Ini terutama karena  pertanyaan dari Republika.co.id dan bahan informasi yang diberikan terkait patung di kelenteng di Tuban itu menyatakan tidak berkait dengan peribadatan.

Tetapi aktualisasi nilai kepahlawananlah yang ingin diaktualisasikan dalam  patung itu. Sebab itu pikiran yang dikemukakan pun dengan membuat perbandingan sejarah dengan tokoh nasional kelahiran Tuban.  Perbandingan ini tentu tidak sebanding jika diinformasikan bahwa patung yang dibangun adalah tokoh yang disucikan kelenteng dan  terkait dengan peribadatan agama. 

"Konteks jawaban saya atas wawancara itu adalah pertanyaan wartawan yang menyatakan patung itu tidak terkait peribadahan. Pendapat yang saya sampaikan itu dilatarbelakangi informasi bahwa patung itu dibuat sebagai upaya mengaktualisasi suri teladan dari tokoh yang dipatungkan, sehingga saya membuat perbandingan dengan tokoh-tokoh nasional dari Tuban. Perbandingan itu sama sekali tidak sebanding jika ternyata patung yang dibangun adalah patung dewa/leluhur yang dihormati atau disucikan di klenteng itu," kata Rizal dalam pernyataan koreksinya terkait pemberitaan Republika.co.id, Rabu (9/8).

Ia mengungkapkan, terkait patung Yang Mulia Kongco Kwan Sing Tee Koen adalah bagian dari peribadatan, sebab itu pandangan dia jelas bahwa segala bentuk peribadatan keagamaan harus dihormati.

"Dalam hal ini, pandangan saya jelas  bahwa segala bentuk peribadatan keagamaan harus dihormati. Karena merupakan hak dasar manusia yang dilindungi oleh Undang-Undang kita," katanya menambahkan. 

Ketika berita wawancaranya naik, Rizal merasakan kurang pas dan langsung protes kepada wartawan yang mewawancara. Rizal juga Dipertanyakan beberapa kawannya, apakah berita itu sungguh pikirannya? Saat itu juga ia mendapat informasi yang lebih kaya dari kawannya, tentang peruntukan patung di kelenteng Tuban itu yang sebenarnya.

"Patung itu tidak seperti berita yang saya terima sebagaimana menjadi latar belakang pertanyaan wawancara. Sebab itu, pendekatan sejarah kepahlawanan nasional menjadi kurang pas. Sebab patung di kelenteng di Tuban, itu sesungguhnya patung tokoh suci yang menjadi bagian dari ritual peribadatan," tutur Rizal.

Sebelumnya dalam berita yang dikoreksi, Rizal sebagai sejarawan memang telah membuat perbandingan sejarah ketokohan ketika diinformasikan patung di kelenteng Tuban itu tidak berkait dengan  ritual pemujaan, tetapi lebih ingin memajukan nilai luhur. Ia mengemukakan nilai luhur memang  bisa dicari dari tokoh sejarah mana pun di dunia.

Namun, lebih lanjut ia mengatakan alangkah baik, di tengah situasi ketekoran pengetahuan sejarah bangsa dan upaya mengangkat menggemakan tokoh-tokoh pahlawan bangsa yang banyak dilupakan, lebih mendahulukan pulang ke rumah sejarah bangsa sendiri. 

"Apalagi Tuban memiliki sejumlah tokoh bangsa yang bisa menjadi sumber teladan nilai luhur. Sebut saja Soegondo Djojopoespito yang menjadi tokoh utama Kongres Pemuda 2 dan kemudian terkenal sebagai Sumpah Pemuda. Ini proklamasi pertama Indonesia sebagai bangsa. Lalu ada AK Pringgodigdo yang memainkan peran penting di BPUPKI dan dengan setia serta jujur menyelamatkan arsip risalah sidangnya," papar Rizal.

Menurut dia, di tengah situasi pergaulan kebangsaaan yang tegang karena isu pluralisme itu, sungguh pemilihan tokoh sejarah dari bangsa lain rentan disalahpahami.

"Situasi kebinnekaan kita yang tengah sakit, cenderung membuat banyak hal yang wajar di masa lalu kini menjadi peributan. Sehingga banyak nilai-nilai suri teladan yang dahulu bisa kita ambil dari aneka budaya untuk menguatkan keindonesiaan kita  lenyap diganti prasangka, ini kemunduran dan sedih karena bangsa kehilangan pergaulan yang sehat," jelas dia dalam penutup koreksinya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement