REPUBLIKA.CO.ID, CIKALONGWETAN- Ramdan, bocah berusia 11 tahun, warga Kampung Lapang No 24 RT 5 RW 4 Desa Cikalong Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat harus merelakan masa kanak-kanaknya yang penuh keceriaan. Sebab, dirinya kini harus berjuang melawan rasa sakit akibat penyakit yang diderita yaitu Xeroderma Pigmentosum.
Xeroderma pigmentosum adalah suatu penyakit genetika atau kelainan bawaan pada kulit yang jarang ditemui, dimana kulit sangat peka terhadap sinar matahari terutama terhadap sinar ultraungu. Kulit penderita xeroderma pigmentosum bila terpapar sinar matahari akan timbul luka bakar, bercak-bercak, dapat melepuh dan muncul kerusakan pada DNA.
Sehari-hari, bocah yang seharusnya bersekolah kini hanya beraktivitas di rumah dan tak bisa berinteraksi dengan temannya. Sebab, penderita penyakit tersebut tidak boleh terpapar sinar matahari. Apabila terkena maka bagian kulit yang sakit akan terasa gatal dan perih.
Didi Sutisna (42), ayah Ramdan mengaku anaknya sudah 1,5 tahun terkena penyakit tersebut. Awal mulanya, bocah lelakinya itu mempunyai benjolan kecil di kepala kemudian merambat sehingga bagian kulit disekitarnya mengalami bercak-bercak dan melepuh.
"Saat benjolan masih kecil tidak langsung diobati. Baru sekitar usia 2,5 tahun diobati ke dokter," ujarnya, Rabu (9/8). Katanya, usia diobati dan dirawat secara insentif di rumah kondisi Ramdan semakin memburuk karena penyakitnya semakin merambat dibagian wajah.
Menurutnya, anaknya tersebut sudah delapan kali melakukan operasi menggunakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Saat ini, daun telinga Ramdan terpaksa harus ditutup perban karena terdapat tumor dan menimbulkan bau kurang sedap.
"Biaya berobat jalan ditanggung sendiri. Beruntung tetangga dan donatur sedikit membantu untuk pengobatan Ramdan," ungkapnya. Didi mengatakan saat ini Ramdan seharusnya sudah berada di kelas 6 SD namun karena harus berobat akhirnya hanya selesai sampai kelas 4 SD.
Dirinya mengatakan bekerja sebagai pengangkut sampah dengan gaji perbulan sebesar Rp 550 ribu. Uang tersebut dikumpulkan untuk biaya pengobatan. Namun karena sudah tak sanggup menjalani pengobatan dari dokter akhirnya hanya ke alternatif
Untuk mengumpulkan biaya pengobatan, Didi bekerja sebagai pengangkut sampah rumah tangga dengan gaji perbulan hanya sebesar Rp 550 ribu. Karena sudah tak sanggup menjalani pengobatan medis, Didi kini hanya membawa Ramdan ke tempat pengobatan alternatif.
"Kami pasrah, sabar, mungkin ini adalah bentuk cobaan dari Allah. Sebenarnya saya kasihan kepadanya. Namun untungnya, jarang mengeluh mengidap penyakit aneh ini," katanya.