Rabu 09 Aug 2017 09:11 WIB

Cegah Kanker Serviks, Pemkot Surabaya Anggarkan Rp 10 Miliar

Rep: binti sholikah/ Red: Esthi Maharani
Warga membaca buklet berisi informasi tentang Kanker Serviks, pada acara Sehat Siaga Serviks
Foto: ANTARA/Andika Betha
Warga membaca buklet berisi informasi tentang Kanker Serviks, pada acara Sehat Siaga Serviks

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menganggarkan dana senilai Rp 10 miliar selama dua tahun terakhir untuk mencegah kanker serviks. Dana tersebut digunakan untuk melakukan imunisasi kepada seluruh perempuan yang sudah menikah dan remaja perempuan agar tidak terkena kanker serviks.

"Mahal katanya tapi tidak apa yang penting dicegah terlebih dahulu, saya tidak ingin melihat warga Surabaya terserang penyakit ini," ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menerima tim juri penilaian lomba Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) test tingkat nasional 2017 di rumah dinas Wali Kota, Selasa (8/8).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, penyuluhan kanker leher rahim di Surabaya terus digencarkan dari tahun ke tahun. Pada 2014 sasarannya sebanyak 265 orang, tahun 2015 sebanyak 261 orang, tahun 2016 sebanyak 226 orang dan tahun ini dari Januari-Maret 2017 sudah mencapai 192 orang.

Surabaya bersama lima kota lainnya di Indonesia terpilih sebagai nominator lomba IVA test tingkat nasional 2017. Kali ini, tim juri melakukan penilaian berdasarkan observasi lapangan. Penilaiam lomba IVA test tingkat nasional 2017 dilaksanakan di Puskesmas Balongsari, Kecamatan Tandes, Selasa.

Terkait lomba tersebut, Wali Kota Risma berpesan kepada seluruh ibu-ibu PKK, Dharma Wanita dan Puskesmas agar tidak mengutamakan penghargaan dalam setiap perlombaan. Melainkan lebih fokus pada upaya meningkatkan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

"PKK dan Dharma Wanita kalau kalah jangan kecewa, karena tujuan utamanya adalah melayani masyarakat dengan baik, bukan mencari penghargaan," tegas Risma.  

Sementara itu, Ketua Pokja IV PKK pusat Rachmawati menjelaskan, tim juri akan melakukan verifikasi terlebih dahulu di lapangan agar lebih objektif dalam menilai. "Kami ingin banyak berdialog dengan pihak puskesmas untuk menanyakan sampai sejauh mana sosialisasi yang dilakukan terkait IVA test ini," kata Rachmawati.

Menurutnya, dalam observasi penilaian kali ini, indikator penilaian yang paling utama adalah cakupan perempuan subur yang mengikuti IVA test di Surabaya. "Semakin banyak presentasi perempuan subur yang mengikuti IVA test maka semakin tinggi nilai yang didapat," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement