REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman memastikan stok jagung yang ada saat ini masih mencukupi meski sudah tak impor lagi. Dengan tak melakukan impor, Indonesia bisa menghemat devisa kurang lebih Rp 12 triliun.
"Pertanyaan saya, sekarang gak ada impor, setelah puluhan tahun impor, selalu impor bagus gak?" katanya usai memberikan Kuliah Umum di Kampus Telkom University, Selasa (8/8) .
Menurut Amran, sekarang devisa sebesar Rp 12 triliun sudah dinikmati oleh petani. Padahal, biasanya selalu dinikmati oleh petani negera lain. "Ini yang harus dipahami. Bagaimana petani sejahtera, untung dan konsumen tersenyum," katanya.
Saat ditanya tentang harga jagung yang mengalami kenaikan, Amran mengatakan, biarkan lah semua ini untuk menjaga keseimbangan. Harga naik, tapi petani untung. Yang terpenting, memberi batas agar kenaikannya tak terlalu tinggi. Hal ini pun, memberikan pengertian pada konsumen kalau petani mau profesinya berkelanjutan atau agar tak pindah maka harus memberi ruang untuk untung.
"Kami sudah ada keseimbangan. Harganya Rp 3.110 di tingkat petani. Kemudian dipabrikan harganya sekitar 4 ribu sampai Rp 4.500-an," katanya.
Menurut Amran, kalau dengan APBN tentu tak bisa memberikan harga ke petani. Jadi, pihanya harus cerdas mengeluarkan kebijakan, termasuk dengan memberi kesempatan dulu pada petani untuk untung.
"Beri ruang untuk petaninya untung. Dampaknya ke pakan kan kita ukur. Ini, sampai berapa. Kita harus jaga karena punya stok di bulog kalau naik langsung diguyur di bulog. Ya kan," katanya.