Senin 07 Aug 2017 06:27 WIB

Serangan Wereng di Banyumas Semakin Ganas

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Sawah terserang wereng
Foto: Anis Efizudin/Antara
Sawah terserang wereng

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Tanaman padi di Kabupaten Banyumas yang terserang hama wereng pada masa tanam musim sadon kali ini, mencakup lahan yang cukup luas. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Widarso menyebutkan, ada sekitar 4.000 hektare tanaman padi di Kabupaten Banyumas yang terserang hama tersebut.

''Dari luas lahan yang terserang hama wereng tersebut, 500 hektare di antaranya mengalami puso atau gagal panen,'' kata Widarso di sela acar Sarasehan Alumni Fakultas Pertanian di Auditorium Faperta Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Sabtu (6/8).

Dia menyebutkan, luas lahan tanaman padi yang terserang hama wereng pada musim tanam kali ini, jauh lebih tinggi dari musim tanam sebelumnya. Pada musim tanam sebelumnya, luas lahan tanaman padi yang terserang hama wereng hanya sekitar 2.000 hektare, sedangkan yang puso hanya sekitar 150 hektare.

Menurutnya, ada berbagai faktor yang menyebabkan intensitas serangan hama kali ini cukup tinggi. Hal itu antara lain, selain pola tanam petani yang terus menerus menanam lahannya dengan padi, juga dipengaruhi oleh kondisi iklim, jenis varietas tanaman padi yang ditanam, dan faktor-faktor lain.

''Kondisi cuaca yang sebelumnya diwarnai kemarau basah, menyebabkan petani tidak lagi menggunakan pola tanam padi-padi-palawija. Namun sepanjang tahun terus ditanami padi, sehingga tidak memotong rantai perkembangan-biakan hama,'' ujarnya.

Menurutnya, gejala akan mengganasnya serangan hama penyakit tanaman padi, sebenarnya sudah bisa diduga dalam musim tanam sebelumnya. Saat itu, hama wereng dan hama padi lainnya, sudah mulai menyerang sebagian areal persawahan. Namun petani masih bisa mengatasi hal itu, sehingga luas areal lahan yang terserang tidak terlalu banyak.

Dia juga menyebutkan, jenis tanaman padi yang ditanam petani, ikut mempengaruhi luas lahan yang diserang hama. ''Dalam pemilihan varietas, petani lebih cenderung menanam varietas yang memiliki hasil panen tinggi produksi yang tinggi. Padahal varietas yang produktivitasnya tinggi, belum tentu tahan hama, khususnya wereng,'' katanya.

Widarso juga mengakui, faktor keterbatasan jumlah pengamat hama dan organisme pengganggu tanaman, juga ikut mempengaruhi. Hal ini menyebabkan penanganan terhadap serangan hama, menjadi agak terlambat dilakukan. ''Di Banyumas saat inii, seorang pengamat harus menangani dua hingga tiga kecamatan sehingga jika terjadi serangan hama wereng, penanganannya menjadi terlambat,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement