Kamis 03 Aug 2017 15:06 WIB

Perjuangan Masyarakat Danau Singkarak Geliatkan Ekonomi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Warga tepian Danau Singkarak, Solok, Sumatra Barat, menunjukkan buah pepaya. Sekelompok nelayan yang tergabung dalam Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Nagari Tikalak mencoba mengembangkan industri agrowisata di tepian Danau Singkarak.
Foto: Sapto Andika Candra
Warga tepian Danau Singkarak, Solok, Sumatra Barat, menunjukkan buah pepaya. Sekelompok nelayan yang tergabung dalam Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) Nagari Tikalak mencoba mengembangkan industri agrowisata di tepian Danau Singkarak.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Pemberdayaan ekonomi masyarakat memang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang harus segera dirampungkan. Khususnya, di daerah yang sumber penggerak ekonominya masih berasal dari satu sumber dan belum divergen.

Masyarakat yang tinggal di tepian Danau Singkarak, Solok, Sumatra Barat, misalnya, yang sebagian besar menggantungkan hidup dari sumber daya alam yang bersumber dari danau. Sebagian besar masyarakat di sekitaran Danau Singkarak masih berprofesi sebagai nelayan budidaya ikan bilih dan pensi (kerang air tawar). 

Belum banyak di antara masyarakat yang mendiami tepian Danau Singkarak tertarik mengembangkan pertanian di lahan-lahan yang belum produktif. Kini, kondisi tersebut perlahan berubah. 

Setidaknya ada 25 nelayan yang bergabung untuk membangun Kawasan Ekonomi Masyarakat di Nagari Tikalak untuk mencoba mengolah lima hektare lahan kosong yang disulap menjadi lahan produktif. Seluruh 25 nelayan tersebut masih menjalani profesi sebagai nelayan di malam hari, namun beralih menjadi penggarap kebun di siang hari. Keuntungan pun berlibat.

Ketua KEM Agus Ramadoni (38 tahun) menjelaskan, nelayan-nelayan yang tergabung di kelompoknya memilih untuk menenam pohon-pohon pepaya, jeruk kacang, sirsak, dan lemon. Hasilnya, ia akui lumayan. 

Ia mengaku penghasilan para nelayan yang kini merangkap sebagai petani bertambah dari hanya Rp 70 ribu per hari atau sekitar Rp 2 juta per bulan, menjadi Rp 100 ribu per hari atau Rp 3 juta-an per bulan. Hasil dari bertani dan budidaya tersebut langsung dapat digunakan untuk konsumsi sendiri ataupun dijual oleh para petani. 

Setiap bulannya, rata-rata petani mendapat nilai jual sebesar Rp 10 juta. Bahkan hasil penanaman pada 2016 lalu meraup untung hingga Rp 36 juta dari panen buah pepaya, penjualan bibit pepaya, sayur hidroponik, pemakaian pupuk organik dan penjualan ternak kambing.

"Bahkan kemarin ada permintaan (pepaya) dari Jambi dan Palembang tapi belum sanggup karena penanam belum banyak," kata Doni saat ditemui di kebunnya, Rabu (2/8).

Upaya ini bisa berjalan tanpa menunggu kesigapan pemerintah untuk menyalurkan bantuan sosialnya. Pertamina, melalui program tanggung jawa sosialnya, menyalurkan Rp 300 juta sebagai suntikan modal bagi anggota KEM Nagari Tikalak untuk mengembangkan usaha agrowisata yang ada.

Officer Small Medium Enterprise Partnership Program (SMEPP) Pertamina Sumbagut, Muhammad Toyib, menyebutkan bahwa program ini merupakan program bantuan perusahaan dalam rangka meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar. Pertamina akhirnya menggandeng sekelompok akademisi dari berbagai kampus di Sumbar untuk memberi bantuan pembinaan pemanfaatan lahan kepada kelompok binaan sampai penyediaan alat pertanian, peternakan, dan pembibitan lahan di kawasan KEM.

Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan Flipmas Ramaiyulis mengapresiasi langkah Pertamina untuk melirik pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar Danau Singkarak. KEM yang ada saat ini sudah bisa ditanami tanaman pangan seperti pepaya madu, sirsak, jeruk, dan sayur hidroponik, serta ternak kambing di atas area seluas lima hektare. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement