REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi X DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Aceh bersama Perpusnas, Kemendikbud, Kemenpar, dan Bekraf. Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Abdul Fikri Faqih, mengatakan pemerintah pusat dapat menjadikan Aceh sebagai pusat riset manajemen bencana.
Hal ini dikatakan Fikri saat mengunjungi Museum Tsunami Aceh. Rombongan Komisi X DPR RI disambut oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Reza Fahlevi dan Koordinator Museum Tsunami Aceh Almuniza Kamal.
Abdul Fikri menjelaskan, Aceh pernah mengalami musibah tsunami terbesar di dunia pada tahun 2004. Menurut Fikri, beberapa sektor kementerian/lembaga yang membidangi kebencanaan mestinya bisa fokus untuk menjadikan Aceh sebagai pusat riset manajemen bencana.
Indonesia dan beberapa negara yang rawan bencana, selama ini mengikuti pola kerja Sendai Framework dari PBB dalam mitigasi bencana. Padahal ternyata bahan kajiannya dari Aceh.
Tiap tahun ada peneliti dari Sendai melakukan penelitian di Aceh. Dia mengatakan, de depan, Indonesia harusnya menjadi pusat riset manajemen bencana dunia. "Jadi, kita tidak merujuk ke asing, tapi asinglah yang merujuk ke kita," tutur Abdul Fikri, dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.
Selain ke Museum Tsunami Aceh, salah satu agenda kerja yang dilakukan Komisi X adalah meninjau pelaksanaan Festival Sail Sabang yang akan berlangsung tiga bulan mendatang. Fikri menilai persiapan Festival Sail Sabang hingga kini masih minim. Ia mendorong pemerintah pusat turun tangan.
Festival ini akan berlangsung di Sabang, Aceh, pada 28 November sampai dengan 3 Desember 2017. "Sehari sebelumnya, juga ada agenda besar, yaitu Islamic Cruise. Pemerintah pusat harus ikut campur tangan agar sukses," ujar Fikri.
Sail Sabang kali ini mengambil tema Sabang Menuju Gerbang Destinasi Wisata Bahari Dunia. Festival itu juga diikuti banyak event yang bertujuan untuk pengembangan kepariwisataan, seperti flying pass, diving, dan sailing pass.
Saat pembukaan, tarian kolosal Laksamana Malahayati rencananya bakal dipertunjukan, bersamaan dengan parade kapal laut yang berlayar dari Spanyol dan berakhir di Pantai Aceh. Bersamaan dengan festival ini, digelar juga sejumlah kegiatan pendukung, seperti Jambore IPTEK, Sabang Underwater Contest, Sales Mission Cruise Operator and Yatch, hingga bakti sosial bersih pantai.