REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) menilai daya beli masyarakat Padang dan Bukittinggi, serta warga Sumbar secara umum masih terjaga. Hal ini, menurut Kepala BPS Sumbar Sukardi, agak berbeda dengan kondisi daerah lain yang mengeluhkan lesunya daya beli masyarakat sejak awal tahun.
Sukardi menjelaskan, stabilnya daya beli masyarakat Sumbar bisa dilihat dari perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang rendah. Pertumbuhan ekonomi, lanjutnya, memberikan gambaran bagaimana pendapatan masyarakat ikut bertumbuh. Sementara inflasi menggambarkan pergerakan harga di pasaran.
Menurutnya, inflasi tinggi lebih kepada cerminan bagaimana harga-harga bahan pokok mengalami kenaikan. Hal ini akan memukul kelompok masyarakat berpendapatan sedang dan daya beli mereka bisa ikut menurun. Sementara itu, inflasi yang stabil rendah mencerminkan harga bahan pokok yang relatif stabil dan bisa memberi peluang bagi masyarakat ekonomi sedang untuk mengakses barang-barang pokok tanpa kepayahan.
"Secara makro kita harus melihat pertumbuhan ekonomi (PE). PE kan indikator yang mencerminkan peningkatan pendapatan. Kalau pendapatan meningkat dan harga-harga stabil rendah kan daya beli naik," ujar Sukardi di Kantor BPS Sumatra Barat, Selasa (1/8).
Sukardi menyebutkan, pertumbuhan ekonomi di Sumatra Barat tahun 2016 lalu sebesar 5,26 persen. Dibandingkan dengan tingkat inflasi Kota Padang yang tercatat sebesar 0,94 persen dan Kota Bukittinggi yang justru mengalami deflasi sebesar -0,32 persen, ia menilai daya beli masyarakat bisa disebut masih stabil.
"Mudah-mudahan sampai akhir tahun inflasi kita terjaga. Diharapkan tidak lebih dari 2-3 persen karena pertumbuhan ekonomi kita kan sekarang ini 5,26 persen," katanya.
Inflasi Kota Padang pada Juli 2017 sebesar 0,54 persen, sementara Kota Bukittinggi sebesar 0,09 persen. Angkutan udara sendiri menyumbang inflasi hingga 0,66 persen dengan tingkat kenaikan harga hingga 41,08 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Di posisi kedua, peningkatan biaya bimbingan belajar sebesar 32,98 persen menyumbangkan andil inflasi hingga 0,14 persen. Bimbingan belajar memang semakin laris memasuki tahun ajaran baru 2017/2018. Secara tahun ke tahun, inflasi Kota Padang tercatat sebesar 4,18 persen dan 2,06 persen untuk Bukittinggi.