Selasa 01 Aug 2017 15:02 WIB

BMKG: 102 Titik Api Terpantau di Kalbar

Ilustrasi.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Prakirawan Awan BMKG Supadio Pontianak, Mega mengatakan, berdasarkan pantauan pihaknya melalui satelit Modis, jumlah hotspot di Kalbar saat ini semakin bertambah, dimana sampai Senin (31/7) sore kemarin, terpantau 102 titik api.

"Berdasarkan pantauan Satelit Modis, sampai Senin soren kemarin, jumlah titik api ada 102 titik, tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Kalbar," kata Mega di Sungai Raya, Selasa (1/8).

Dia merincikan, untuk Mempawah ada 1 titik, Sanggau 22 titik, Ketapang 7, Sintang 13, Kapuas Hulu 37, Bengkayang 3, Landak 5, Sekadau 2, Kubu Raya 11 dan Singkawang 1. "Untuk jarak pandang di Supadio Pontianak pada tanggal 30 Juli kemarin, antara malam sampai pagi hari jarak pandang sempat hanya 600 meter. Namun, karena ada hujan kemarin, jarak pandang pada malam dan pagi tadi sudah membaik, tadi pagi terendah 6 kilometer," tuturnya.

Mega menambahkan, untuk potensi hujan tetap ada di Kalbar pada bulan Agustus ini masih ada, namun skalanya lokal, dan tidak meluas. "Hal ini dikarenakan pada bulan Juli, Agustus sampai September curah hujan memang sangat sedikit," tuturnya.

Terpisah, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis menegaskan pihaknya akan serius untuk menanggulangi pembakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat, mengingat semakin banyaknya jumlah hotspot pada beberapa daerah di provinsi itu.

"Ini juga menjadi atensi bagi kita, karena kita juga tidak ingin Kalbar kembali menyumbangkan hotspot bagi bangsa ini. Makanya, sejak awal kita selalu intensif mengmbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar," katanya.

Untuk itu, dia telah memerintahkan kepada BPBD Kalbar untuk mengambil langkah cepat dalam menanggulangi pembakaran hutan dan lahan tersebut.

"Saya juga mengingatkan kepada setiap perusahaan yang ada di Kalbar, agar tidak membakar lahan. Kalau sampai terbukti ada perusahaan yang membakar lahan, kita tidak akan segan-segan untuk mencabut izin usahanya," kata Cornelis.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) Kalimantan Barat Nyarong menyatakan titik api bisa saja bertambah setiap harinya. Namun pihaknya tetap akan melakukan upaya untuk menanganinya.

Upaya penanganan itu dengan mengoptimalkan satgas yang sudah dibentuk serta penggunaan heli untuk melakukan water bombing. Ia menuturkan aktivitas ini (water bombing) terus dilakukan pada titik-titik api di daerah Kalimantan Barat. "Di mana ada hotspot di situ juga akan dilakukan water bombing," tuturnya.

Penggunaan dengan water bombing ini sejalan dengan rencana kerja di posko penanganan kebakaran hutan dan lahan. Rencana kerja ini dibahas dalam rapat setiap harinya.

Rapat itu digelar dua kali dalam sehari, dari rapat pagi hari, yang membahas mengenai tindakan optimalisasi penanganan kebakaran hutan dan lahan. Apakah ada perubahan kasus yang terjadi pada malam sebelumnya.

Kemudian, lanjut dia, rapat digelar kembali pada malam hari. Dalam rapat ini mengambil evaluasi penanganan kabut asap di siang harinya.

"Evaluasi itu dilakukan setelah menerima laporan penanganan kasus kebakaran hutan dan lahan saat siang hari. Jadi rencana kerja itu sudah dilakukan semaksimal mungkin menangani kebakaran hutan dan lahan," lanjut dia," kata Nyarong.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement