REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyampaikan beberapa titik areal pertanian di wilayah Selatan dan Utara Garut terancam kekeringan pada musim kemarau 2017. Sehingga perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan kerugian yang besar.
"Ada (rawan kekeringan) di Utara, Selatan juga, namun untuk saat ini belum ada laporan soal kekeringan," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Tatang Hidayat kepada wartawan di Garut, Jumat (28/7).
Ia menyebutkan, daerah pertanian yang mendapat perhatian khusus pada musim kemarau yaitu lahan tadah hujan seperti di wilayah Utara yakni Cibatu, Malangbong, Limbangan, Leuwigoong dan Banyuresmi. Selain itu, lanjut Tatang, ada juga daerah selatan yang seringkali dilanda kekeringan di antaranya, Kecamatan Pameungpeuk, Cibalong dan Cikelet. "Biasanya lahan yang dilanda kekeringan itu sawah (tanaman padi), sawah itu tidak mungkin bisa tanam di lahan tadah hujan," katanya.
Ia menyampaikan, upaya yang dilakukan Dinas Pertanian Garut agar lahan pertanian sawah tetap produktif salah satunya dengan mengatur debit air yang tersedia di irigasi. Tatang mengatakan sudah membuat surat untuk UPTD Pertanian di masing-masing kecamatan untuk mengatur air irigasi dan memberikan imbauan kepada petani agar tidak menanam di lahan yang sulit pasokan air.
"Nanti terkait dengan kebijakan antisipasi kekeringan dengan mengatur air, khusus irigasi yang sumbernya memang bagus, baik, cukup, harus dapat dibagi airnya," kata Tatang.
Ia menambahkan, bagi irigasi yang tidak baik atau debit airnya sangat minim agar diubah penanamannya dari padi ke palawija seperti jagung, atau kacang-kacangan yang tidak terlalu banyak membutuhkan pasokan air. Sedangkan areal pertanian yang memiliki irigasi buruk, Tatang mengatakan, agar tidak melakukan penanaman karena akan menimbulkan kerugian akibat gagal tanam. "Khusus irigasinya buruk, jelek, jangan mencoba menanam apa pun, karena tidak ada airnya, kalau petani memaksa, khawatir akan rugi," katanya.