Kamis 27 Jul 2017 22:36 WIB

Nur Subeki: Indonesia Berpotensi dalam Industri Perkapalan

Dosen di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nur Subeki.
Dosen di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nur Subeki.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Terletak di perlintasan perlayaran internasional menjadikan Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan industri perkapalan. Sayangnya, kapasitas galangan di Indonesia masih kurang dibandingkan dengan jumlah kapal yang membutuhkan perbaikan sehingga kapal harus bersandar beberapa hari menunggu giliran perbaikan.

Pemerintah terus memacu industri perkapalan agar tahun 2025 bisa menjadi industri strategis. Meskipun saat ini terdapat 250 industri galangan kapal di tanah air yang memproduksi kapal dari segala bentuk, namun perkembangannya belum maksimal.

“Persoalan yang sering muncul adalah munculnya distorsi, tegangan sisa, dan mudah terjadi retak fatik dalam sambungan las,” kata Dosen di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nur Subeki dalam keterangan persnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (27/7).

Nur Subekti menyampaikan hal itu saat Ujian Terbuka Program Doktor di Fakultas Teknik UGM, Selasa (18/7). Dia mengatakan distorsi yang timbul pada sambungan las dapat diluruskan dengan pemanasan ulang.

Hanya saja cara ini sangat menurunkan ketahanan korosi bahan. Metode yang baik digunakan untuk menanggulangi distorsi dan tegangan sisa meliputi preheating dan thermal tensioning yang merupakan metode stress relieve dengan bantuan panas selama pengelasan.

Nur Subeki pun berupaya menemukan metode yang tepat untuk memperbaiki perilaku perambatan retak fatik pada pengelasan busur inti fluks (FCAW) dengan baja ASTM A 36. Dia melakukan penelitian dengan mengembangkan metode stress relief berbasis efek pemanasan dengan metode secondary heating, kombinasi cooling rate, static thermal tensioning (STT), dan transient thermal tensioning (TTT).

Hasilnya menunjukkan metode stress relief pada proses FCAW memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kualitas sambungan las. Penggunaan penambahan suhu pada proses pengelasan dengan metode secondary heating mampu meningkatkan kemampuan menahan laju perambatan retak fatik.

Penggunaan metode STT dan TTT pada proses pengelasan dapat mereduksi distorsi dan meningkatkan sifat mekanik. Penambahan suhu 200°C pada setiap perlakuan pengelasan merupakan suhu optimal untuk mereduksi distorsi.

“Penambahan suhu 200°C dalam setiap pengelasan juga bisa meningkatkan sifat mekanis, membentuk struktur mikro ferit acikular, dan menghambat laju perambatan retak fatik,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement