Selasa 25 Jul 2017 14:02 WIB

BNPB Tangani Kebakaran di Aceh

Seorang pria melihat peta titik api (hot spot) di Posko Kebakaran Lahan dan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (22/9).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Seorang pria melihat peta titik api (hot spot) di Posko Kebakaran Lahan dan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (22/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama sejumlah lembaga dan unsur masyarakat menangani kebakaran di Aceh yang terjadi seiring rendahnya curah hujan di provinsi tersebut. "Upaya pemadaman terus dilakukan oleh BPBD Aceh Barat, BPBA, TNI, Polri, Basarnas, RAPI, Damkar, relawan dan masyarakat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (25/7).

Menurut Sutopo, kebakaran lahan disebabkan masyarakat membersihkan lahan dengan cara membakar sehingga api menyebar ke lahan lain. Kebakaran terjadi sejak Selasa (18/7) dan sampai saat ini di beberapa titik masih terbakar pada lahan gambut dan lahan mineral.

Dia mengatakan dalam proses penanganan itu diterjunkan mobil pemadam kebakaran, tangki air, mobil water canon Polres Aceh Besar dan pompa air. BPBD telah membagikan masker dan makanan siap saji kepada masyarakat.

Kendala pemadaman kebakaran, kata dia, adalah tidak adanya akses jalan ke lokasi kebakaran, terbatasnya fasilitas mobil pemadam kebakaran dan mobil tangki air. Selain itu juga terbatasnya sumber air dari lokasi kebakaran dan terbatasnya peralatan. Penanganan kebakaran dilakukan secara manual.

Sementara itu, lanjut dia, pantauan satelit Aqua, Terra dan SNNP dari LAPAN menunjukkan adanya 170 titik panas untuk kategori sedang (dengan tingkat kepercayaan 30 hingga 79 persen) dan tinggi (tingkat kepercayaan lebih 80 persen) di wilayah Indonesia pada Senin (24/7) malam.

Dia mengatakan terdeteksi 35 hotspot di Aceh yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Besar dan Gayo Lues. Sebaran hotspot di daerah lain adalah Sulawesi Selatan 2 hot spot, Kalimantan Selatan 8, Nusa Tenggara Barat 8, Nusa Tenggara Timur 44, Sulawesi Tengah 5, Kalimantan Timur 6, Kalimantan Utara 1, Lampung 2, Sumatera Utara 3, Jawa Timur 9, Sulawesi Barat 1, Kalimantan Tengah 8, Kalimantan Barat 21, Bengkulu 4, Jambi 1, Sumatera Barat 3, Riau 5 dan Sumatera Selatan 1.

"Ancaman kebakaran hutan dan lahan akan terus meningkat seiring dengan normalnya musim kemarau. Puncak musim kemarau diprediksikan pada Agustus dan September sehingga ancaman kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan akan meningkat," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement