Sabtu 22 Jul 2017 06:39 WIB

Anak Perlu Didorong untuk Laporkan Hal tak Layak

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Aksi untuk memperingati Hari Anak. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Aksi untuk memperingati Hari Anak. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Anak-anak perlu didorong untuk menjadi penggerak perubahan di lingkungan tempat tinggalnya. Cara menjadi penggerak yakni anak-anak harus berani pelopor sekaligus pelapor. 

"Bahwa anak-anak harus berani mempelopori sesuatu di garis depan tetapi juga berani melapor berbagai hal-hal yang tidak layak atau tidak seharusnya dilakukan kepada anak-anak," ujar Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi saat acara Froum Anak Nasional (FAN) 2017 seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (21/7).

Kampanye agar anak-anak menjadi penggerak perubahan di lingkungan masyarakat dengan cara mempelopori kegiatan dan melaporkan hal yang tidak layak menjadi tema pada Forum Anak Nasional (FAN) 2017 di Pekanbaru, Riau. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyelenggarakan FAN 2017 mulai 19 hingga 22 Juli 2017. 

FAN merupakan wadah partisipasi anak sekaligus organisasi penegakan hak anak di Indonesia. "Mendorong anak sebagai pelopor dan pelapor menjadi gerakan yang sangat tepat dipilih panitia untuk disosialisasikan," kata Kak Seto. 

Ratusan anak-anak bersama para pendamping menjadi peserta pada acara tahunan ini. Ada pula peserta pendamping. Ada berbagai diskusi panel dalam acara yang menjadi bagian dari perayaan Hari Anak Nasional pada Ahad (23/7). 

Sejumlah narasumber mengisi materi dalam diskusi panel tersebut. Yakni Revolusi Mental oleh Harod Rahmad Novandi dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Sejarah Bangsa Indonesia oleh Herawati Sudoyo dari Lembaga Eijkman, Pencegahan Korupsi oleh Ramadhoni dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 

Stanley Adi Prasetyo dari perwakilan Dewan Pers dan Seto Mulyadi Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia juga menjadi pembicara pada FAN 2017. Respon positif terlihat saat sesi tanya jawab, dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta.

Perwakilan dari Forum Anak Sulawesi Selatan Muhammad Farhan Azis mengatakan, diskusi mengenai pencegahan korupsi paling menarik. Sebab, anak-anak ditantang untuk menjadi penggerak perlawanan terhadap korupsi. 

Pada diskusi itu, anak-anak diajak melawan dan mencegah korupsi sejak dini. "Saya dan teman-teman peserta juga salut dengan kegiatan Forum Anak Nasional tahun ini, panitia mengemas acara dengan menarik, lebih teratur dan penuh persiapan, ujar Farhan di sela kegiatan.

Dalam acara ini, Kementerian PPPA menggelar pula diskui panel dengan tema Perlindungan Anak dan Tumbuh Kembang Anak yang diikuti oleh peserta pendamping. Diskusi ini menjelaskan ketika anak berhadapan dengan hukum, pencegahan kekerasan terhadap anak, anak berkebutuhan khusus, perlindungan anak dalam situasi darurat dan pornografi. 

Kak Seto berharap FAN 2017 yang mewakil suara anak menghasilkan rekomendasi dalam pemenuhan hak berpartisipasi. Selanjutnya, rekomendasi ini disampaikan kepada pemerintah. 

Apalagi, Presiden Joko Widodo berencana hadir pada Peringatan Hari Anak Nasional 2017 di Pekanbaru. "Jadi pada acara puncak sebaiknya dibacakan kepada Presiden," kata dia. 

Kak Seto menerangkan FAN merupakan wadah bagi perwakilan anak yang membawa pesan-pesan anak dari daerahnya masing-masing. Para peserta merupakan anak-anak itu kreatif, penuh semangat dan penuh persatuan. 

"Saya menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat, marilah belajar kepada anak-anak Indonesia yang diwakili oleh Forum Anak Nasional ini, ujar dia ditemui secara terpisah usai diskusi panel pada Kegiatan FAN. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement