REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melakukan kerja sama dengan PT. GE (General Electric) Operations Indonesia, guna menyediakan listrik di pedesaan. Kerja sama juga meliputi implementasi program elektrifikasi desa di desa, kawasan perdesaan, daerah tertinggal dan kawasan transmigrasi.
PT GE Operations Indonesia akan menyediakan dukungan lewat portofolio teknologi pembangkit listrik, termasuk solusi hibrida, pembangkit listrik energi terbarukan, serta solusi kelistrikan digital dan microgrid. Ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan listrik di 13 ribu desa yang tersebar di lokasi transmigrasi, perbatasan, bagian terluar dan tertinggal di Indonesia.
Kemendes PDTT menjadwalkan aplikasi pertama kerja sama ini pada tahun 2018 mendatang. Hingga kini, dari total 82.190 desa yang masuk dalam kategori elektrifikasi, sebanyak 69.531 desa sudah teraliri listrik.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan, setidaknya kebutuhan listrik tiap desa yaitu 200 kilowatt. “Kita wajib memastikan tidak ada lagi saudara sebangsa kita yang harus menjalani kehidupan mereka tanpa listrik. Jika kita mampu menghasilkan listrik dengan harga murah, maka akan membuat listrik menjadi lebih mudah diakses bagi masyarakat di kawasan perdesaan, daerah tertinggal dan kawasan transmigrasi,” ujarnya dalam siaran persnya, Rabu (18/7).
CEO GE Operations Indonesia Handry Satriago mengatakan, industri energi Indonesia sedang mengalami transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini memerlukan pemahaman luas mengenai kebutuhan energi yang terus berubah.
“Kemampuan Indonesia untuk tumbuh secara ekonomi maupun sosial bergantung kepada ketersediaan listrik. Bagaimana kita memproduksi listrik tergantung kepada kemampuan kita membiayainya, menjamin ketersediaannya terus-menerus dan keamanannya,” ujarnya.