Rabu 19 Jul 2017 20:01 WIB

Dinkes Gandeng RS Swasta Cegah Campak dan Rubella

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Fernan Rahadi
Virus Rubella
Foto: spesialis-torch
Virus Rubella

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Demi mencapai eliminasi penyebaran penyakit campak dan pengendalian virus Rubella, Kementerian Kesehatan pun melakukan kampanye pencegahan yang digelae serentak di seluruh Indonesia.  Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Yogyakarta, Vita Yulia mengatakan, hal itu dilakukan melalui kampanye imunisasi Measles Rubella (MR).

Menurut Vita, agar kampanye ini berjalam optimal, maka Dinkes juga menggandeng tenaga dari Rumah Sakit (RS) swasta yang ada di Yogyakarta. "SDM kami tidak akan mencukupi jika hanya mengandalkan dari Dinkes, Puskesmas dan Posyandu," ujarnya dalam konferensi pers di Kompleks Balaikota Yogyakarta, Rabu (19/7). 

Mengingat, jumlah anaknyang menjadi sasaran di Yogya totalnya berjunlah 103 ribu anak. Vita juga mengatakan, setelah kampanye yang digelar secara gratis l dalam dua fase pada tahun ini dan pada 2018, maka imunisasi Measles Rubella (MR) akan menjadi imunisasi rutin bagi seluruh anak di Indonesia.

"Nantinya vaksin ini akan diberikan saat anak berusia sembilan bulan, 18 bulan dan saat sudah menjadi siswa SD kelas 1," kata dia.  Selelah periode kampanye, vaksin Campak juga sudah tidak lagi beredar dan akan diganti dengan vaksin MR.

Ia juga berharap agar seluruh masyarakat dapat memanfaatkan kampanye ini dengan optimal. Setelah periode kampanye, masyarakat pun tetap dapat diberikan vaksin ini secara gratis di Puskesmas, namun jika melakukan vaksinasi di RS swasta, maka akan dikenai tarif pembelian vaksin dengan harga sekitar Rp 400 ribu.

Seluruh langkah ini dilakukan juga untuk menekan angka Congenital Rubella Syndrome (CRS) atau kumpulan gejala Rubella yang diperoleh sejak lahir. Hal ini terjadi bila sang ibu terinfeksi Rubella kemudian diturunkan kepada anak yang dilahirkan.

Salah satu tanda bayi yang terkena CRS adalah bayi tersebut mengalami miktosefalus yang terlihat dari lingkar kepala yang lebih kecil dari ukuran normal. Otomatis, bayi mikrosefalus memiliki volume otak yang lebih kecil sehingga mengalami keterlambatan pertumbuhan. Selain itu bayi juga berpotensi mengalami katarak dan gangguan pendengaran.

Menurutnya, sejauh ini, di Indonesia telah terdapat 1.744 bayi suspect CRS. "Setelah dicek, empat persen positif terkena Rubella," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement