REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH -- Sejumlah desa berada di dataran rendah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, mulai terendam banjir akibat meluapnya aliran Sungai Barito di akibat hujan dengan curah yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir di wilayah itu.
"Saat ini banjir mulai merendam jalan kawasan tempat tinggal kami di Kelurahan Jambu Kecamatan Teweh Baru," kata seorang warga Kelurahan Jambu Kecamatan Teweh Baru Irwansyah, Ahad (16/7).
Kelurahan Jambu yang terendam banjir yakni di Manggala RT 05, RT 06 dan RT 07 dengan ketinggian air berkisar 20 hingga 50 sentimeter.
"Banjir mulai menggenang kawasan ini sejak Ahad pagi tadi dan hingga kini air terus naik secara perlahan. Saat ini warga mulai berkemas-kemas untuk mengangkut sejumlah barang rumah tangga ke tempat yang lebih aman dari banjir musiman ini," kata Irwansyah.
Selain di wilayah Kecamatan Teweh Baru, banjir juga melanda wilayah Kelurahan Lahei I RT 3 dan RT 4 Kecamatan Lahei dengan ketinggian banjir antara 50-60 Cm, kedua kawasan itu berada di dataran rendah sehingga cepat dilanda banjir.
"Banjir di daerah tempat tinggal kami setinggi lutut orang dewasa dan air terus naik diperkirakan banjir sudah sampai masuk rumah pada tengah malam nanti," kata Ari Sandy warga Kelurahan Lahei I RT 3 Kecamatan Lahei.
Menurut dia, banjir di wilayah Kelurahan Lahei I ini merupakan daerah paling parah dilanda banjir karena kawasannya di dataran rendah, kemungkinan besok banjir meluas dan juga merendam kawasan Kelurahan Lahei II di RT 1. "Banjir kali ini sangat cepat naiknya dan diperkirakan terus naik," katanya.
Kawasan yang terendam banjir musiman ini selain merendam sejumlah desa di Kecamatan Lahei dan Teweh Baru juga dipastikan merendam sejumlah kawasan yang berada pada pinggiran Sungai Barito juga di Kecamatan Teweh Tengah dan Montallat.
Naiknya permukaan air Sungai Barito sepanjang 900 kilometer yang kawasan hulunya berada di wilayah Kabupaten Murung Raya, Kalteng dan bermuara di laut Jawa, ini juga telah mengganggu transportasi sungai terutama angkutan kapal dan tongkang bertonase besar. "Semua angkutan tambang dan kayu dilarang berlayar melewati jembatan karena permukaan air Sungai Barito di atas normal sejak Minggu pagi," kata Kepala UPTD Dermaga Muara Teweh pada Dinas Perhubungan Barito Utara, Muhammad Nurdin.
Kenaikan debit air di pedalaman Sungai Barito itu akibat curah hujan yang cukup tinggi terutama di wilayah utara Kabupaten Murung Raya dan sebagian lainnya karena air sungai meluap di kawasan Kabupaten Barito Utara.
Ketinggian air permukaan Sungai Barito pada Ahad pagi yang tercatat di skala tinggi air (STA) Muara Teweh mencapai 12.00 meter menunjukkan angka di atas normal sehingga tongkang dan kapal besar tidak bisa melintas di bawah jembatan sepanjang 270 meter yang dibangun pada 1990 itu. "Untuk sementara transportasi sungai khususnya angkutan kapal bertonase besar dihentikan sampai kondisi air sungai turun minimal batas STA 11,50 meter," ujarnya.