REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyiapkan relokasi bagi ratusan rumah warga, yang terkena dampak pembangunan depo angkutan massal cepat (AMC) berupa trem di kawasan Bumiharjo, Surabaya.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya Irvan Wahyudrajad mengatakan, pihaknya akan melakukan pertemuan intensif dengan pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku pemilik lahan di kawasan Bumiharjo.
"Kordinasi dengan PT KAI tetap kami lakukan khususnya pada saat proses relokasi warga," katanya di Surabaya, Kamis (13/7).
Menurut dia, ada sekitar 2.296 kepala keluarga (KK) yang tinggal di kawan Bumiharjo, namun yang terkena dampak sekitar 418 KK. Warga tersebut berada di RW 5 dan RW 6.
"Saat ini masih dalam pendataan, karena di antara warga yang terkena dampak masih perlu diklarifikasi karena ada yang mengaku telah memiliki sertifikat," ujarnya.
Irvan mengatakan warga Bumiharjo yang terdampak tersebut akan direlokasi ke rumah susun (rusun) yang dibangun Pemkot Surabaya. Hal ini dikarenakan di kawasan tersebut tidak hanya dibangun depo AMC tapi juga dijadikan tempat perawatan rolling stock kereta.
"Rusun itu nanti akan dikoordinasikan lagi antara Pemkot, PT. KAI dan Kemenhub," katanya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Agus Sonhaji sebelumnya menyatakan pemasangan rel untuk angkutan massal cepat (AMC) trem jalur utara-selatan akan dilakukan sekitar September 2017.
Agus mengatakan proses lelang tersebut kemungkinan memakan waktu 1,5 bulan. Berikutnya, setelah didapat pemenang dan tanda tangan kontrak, pemenang lelang akan melakukan pengecekan lapangan (cek fisik) untuk pengerjaan pemasangan rel.
"Lelang paling lama 1,5 bulan. Jadi kemungkinan September sudah bisa pasang relnya. Meski tidak seluruhnya, mungkin sekitar 4-5 kilometer dulu," ujarnya.
Untuk pemasangan rel trem ini, Agus menyampaikan rencananya akan mengoptimalkan median jalan dari mulai titik 11.450 di Jalan Tunjungan sebagai titik awal pengerjaan trem.