Rabu 12 Jul 2017 16:29 WIB

Panglima: Tiga Daerah Perbatasan Rawan Disusupi Ekstremis

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Teguh Firmansyah
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kedua kiri).
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kedua kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengatakan hingga saat ini wilayah perbatasan masih aman dari potensi masuknya milisi Marawi, Filipina Selatan. Gatot menyebut ada tiga kawasan yang berpotensi menjadi jalur masuk milisi Marawi.

Menurut Gatot, milisi Marawi bisa masuk melalui Kalimantan Utara (Kaltara), Sulawesi Utara (Sulut) dan Maluku Utara (Malut). "Bisa dari Marawi ke Kaltara, dari Marawi ke Manado, Bitung, Puluau Miangas, Pulau Sangihe dan Pulau Talaud (Sulut). Selain itu, bisa juga dari Marawi ke Pulau Morotai dan Ternate (Malut)," ujar Gatot kepada wartawan usai memberi paparan dalam rapat koordinasi nasional pengelolaan wilayah perbatasan di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (12/7).

Dia melanjutkan, seluruh pulau-pulau itu kini sudah ditempati oleh pasukan TNI. TNI Angkatan Laut (AL) pun melakukan patroli di kawawan tersebut.  TNI AU juga turut melakukan pengintaian dan bekerja sama dengan Filipina untuk memastikan pengawasan wilayah. Di masing-masing pulau, TNI menempatkan pasukan sesuai dengan luas wilayah pulau.

"Saya jamin sampai saat ini tidak ada (milisi) yang bisa lolos. Penempatan pasukan di setiap pulau bisa 10 orang hingga satu peleton. Setelah ini, sejumlah fasilitas akan dibangun di pulau-pulau itu," lanjut Gatot.

Sementara saat disinggung mengenai kemungkinan mengirimkan pasukan ke Marawi, Gatot menegaskan tidak akan dilakukan. Menurutnya, pengiriman pasukan bantuan bukan merupakan hal yang mudah dilakukan.  "Tidak ada pengiriman pasukan ke sana. DPR dan pemerintah harus memberikan persetujuan sehingga tidak semudah itu," tambahnya.

Sebelumnya, lebih dari 200 ribu penduduk di Kota Marawi terpaksa meninggalkan rumah dan pekerjaan setelah kelompok bersenjata mengibarkan bendera ekstrimis di sebuah gedung, menembak non-Muslim, dan mencoba mendirikan Kota Islam pada Juni lalu. Pada 12 Juni, setidaknya 276 teroris, 67 pasukan pemerintah, dan 26 warga sipil tewas karena pertempuran selama sebulan di kota itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement