Senin 10 Jul 2017 15:45 WIB

Riwayat Cengkeh dan Perannya Mewarnai Karya Sastra

Rep: Christiyaningsih/ Red: Esthi Maharani
Panen Cengkeh
Foto: antara
Panen Cengkeh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rempah-rempah tak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia. Rempah-rempah adalah alasan utama bangsa Eropa berambisi menguasai nusantara. Komoditi yang menjadi primadona pada masa itu adalah lada, pala, jahe, cengkeh, dan kayu manis.

Pada masa lampau cengkeh, pala, dan bunga pala lebih berharga daripada emas. Mereka mahal karena dianggap tumbuhan surga. "Orang baru dianggap naik derajatnya kalau sudah mengonsumsi rempah," kata sejarawan JJ Rizal saat ditemui Republika akhir pekan lalu.

Cengkeh adalah tanaman yang berasal dari Maluku. Namun sebutan 'cengkeh' bukanlah berasal dari bahasa daerah di mana rempah ini tumbuh. Nama cengkeh diambil dari nama orang Tionghoa karena bangsa Tionghoa adalah pedagang perantara rempah di samping bangsa Arab.

Diriwayatkan, Raja Cina selalu mensyaratkan setiap orang yang akan menghadapnya harus mengunyah cengkeh dahulu supaya wangi. "Cengkeh berfungsi sebagai semacam aromaterapi," jelas JJ Rizal.

Cengkeh mulai keluar dari Maluku dan berkembang di nusantara pada pertengahan abad ke-18. Sebelumnya cengkeh dan pala hanya ada di lima pulau di Maluku. Tapi karena permintaan besar maka diproduksilah cengkeh di banyak tempat. Akhirnya cengkeh punya rasa yang khas di masing-masing tanah di mana ia dibudidayakan.

Banyak kitab suci dan sastra klasik yang menaruh cengkeh dalam ceritanya. Injil dan Al-Quran juga mencantumkan cerita mengenai rempah-rempah.

JJ Rizal mengungkapkan cengkeh juga ditemukan sejak 1.700 sebelum Masehi di kawasan situs Mesopotamia. Cengkeh didapati tersimpan di dapur rumah orang Mesopotamia.

Cengkeh juga punya tempat dalam mitologi Yunani. Venus dikisahkan memiliki daya pikat berkat cengkeh. Ketika Hera mencari cara supaya Zeus tidak main gila, Hera mencari rahasia dari Venus dan diketahui rahasianya karena Venus mandi cengkeh.

Rempah-rempah juga mewarnai karya sastra Tanah Air. Namun sastra Indonesia dianggap lambat dalam mendokumentasikan kekayaan rempah. Cerita mengenai rempah-rempah terutama cengkeh dan pala dapat ditemui dalam Mirah dari Banda karya Hanna Rambe. Romo Mangunwidjaya juga mengangkat cengkeh dalam novel sejarah berjudul Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa.

Pramoedya Ananta Toer menuangkan kisah bagaimana bangsa Eropa datang dan mengambil alih rempah di nusantara dalam bukunya, Arus Balik. "Eropa dan Arab sudah lebih dulu mendokumentasikan rempah-rempah dalam karya sastra sebelum Indonesia," jelas JJ Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement