Ahad 09 Jul 2017 16:26 WIB

Ratusan Hektare Sawah di Cilacap Terserang Wereng

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Babinsa dan PPL melaksankan pendampingan pengendalian serangan hama wereng coklat di lahan Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Kaliwining.
Foto: dok.Kodim Jember
Babinsa dan PPL melaksankan pendampingan pengendalian serangan hama wereng coklat di lahan Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Kaliwining.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Musim tanam kedua tahun 2017 ini, menjadi masa tanam cukup sulit bagi petani padi. Hal ini karena serangan hama wereng yang cukup masif. oordinator Penyuluh Pertanian Balai Pertanian Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap Rokhmad Saifudin mengatakan serangan hama wereng dan tikus ini memang cukup sulit dikendalikan.

Dari pemantauan, hampir seluruh areal persawahan di wilayah Kabupaten Cilacap bagian barat, terserang hama wereng. Antara lain di wilayah Kecamatan Adipala, Maos, Sampang, dan Kroya.

Rokhmad menyebutkan, khusus di wilayah Kecamatan Maos yang memiliki lahan pertanian padi sekitar 1.965 hektar, ada sekitar 127 hektar yang terserang hama wereng. Dari luas lahan yang terserang tersebut, sebagian sudah ada yang dipastikan gagal panen, sebagian masih bisa diharapkan untuk panen meski dengan hasil tidak maksimal.

Sedangkan luas lahan yang kini sedang dalam pengandalian agar tak terserang wereng, mencapau 321 hektar. ''Yang terancam serangan namun sampai saat ini masih relatif aman, ada seluas 412 hektar,'' kata dia.

Terkait serangan hama tersebut, pekan kemarin dilakukan penyemprotan insektisida massal di lahan seluas 78 hektar di Desa Karangrena Kecamatan Maos. Selain melibatkan ratusan petani, penyemprotan massal yang dikoordinir Kantor Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Wilayah Banyumas ini juga melibatkan PPL Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Maos, Babinsa Koramil, perangkat desa dan satpol PP Kecamatan.

Sejauh ini, petani masih berupaya mengendalikan serangan hama wereng tersebut dengan mengintensifkan penyemrotan obat-obatan insektisida. Untuk menyelamatkan tanamannya agar tetap bisa dipanen, petani harus melakukan penyemprotan dua pekan sekali.

''Kalau tidak, pasti kami tidak akan panen,'' kata Kasiman (57), petani Desa Kalikudi Kecamatan Maos.

Dia mengaku, karena harus melakukan penyemprotan insektisida lebih banyak, maka biaya yang dikeluarkan pada musim tanam kali ini menjadi jauh lebih besar. ''Harga obat-obatan insentisida, paling murah Rp 40 ribu per botol. Setiap botol, hanya untuk seperempat hektar. Kalau setiap dua minggu sekali harus menyemprot, hitung saja biaya yang saya keluarkan,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement