REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekolah siaga bencana perlu dilengkapi dengan materi dan fasilitas yang memadai agar siswa benar-benar paham mengenai siaga bencana, kata peneliti Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Agus Sudarsono.
"Pemahaman manajemen bencana itu tidak berhenti pada antisipasi evakuasi bencana saja tetapi juga penanganan pascabencana," kata Agus saat memaparkan hasil penelitiannya berjudul "Pemahaman Manajemen Bencana Siswa SMP di Kabupaten Sleman" di Yogyakarta, Kamis (6/7).
Menurut dia, beberapa materi dan fasilitas yang diperlukan di sekolah siaga bencana antara lain petunjuk evakuasi, alat peringatan dini, ruang perawatan korban, dan panduan kebencanaan.
"Hasil penelitian menunjukkan materi dan fasilitas di sekolah siaga bencana tersebut dinilai masih kurang memadai. Padahal, sekolah siaga bencana tidak akan maksimal jika tidak dilengkapi dengan materi dan fasilitas yang memadai," katanya.
Ia mengemukakan, hasil penelitian juga menunjukkan siswa menyadari jika sekolah siaga bencana mempunyai peranan yang signifikan dalam mengurangi dampak risiko bencana. Mereka juga mempunyai apresiasi positif terhadap sekolah siaga bencana yang memiliki fasilitas memadai.
"Penelitian itu kami lakukan di SMP yang secara geografis terletak tidak jauh dari Gunung Merapi, dan bisa dikatakan masuk zona rawan bencana. Gunung Merapi yang berada di wilayah perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah itu merupakan salah satu gunung berapi yang cukup aktif di Indonesia," katanya.
Ia mengatakan wilayah yang masuk zona rawan bencana membutuhkan strategi penanggulangan bencana yang efektif termasuk pemahaman masyarakat sekitar terhadap bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
"Penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa SMP di Kabupaten Sleman mengenai manajemen bencana," kata Agus yang juga dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).