REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme Noor Huda, menilai ancaman teroris yang kini membidik aparat kepolisian merupakan strategi lama seperti yang dilakukan pada masa Darul Islam dengan menyerang petugas negara. Menurut dia, kepolisian dijadikan sasaran karena polisi dianggap sebagai penghalang terdepan.
Terkait bendera identik ISIS yang dikibarkan oleh seseorang di Polsek Kebayoran Lama pada Selasa (4/7/17), Huda menyatakan, bendera tersebut ada kemungkinan dipasang oleh pendukung ISIS dengan tujuan meneror kepolisian dan menunjukkan eksistensi.
"Mereka (kepolisian) disebut sebagai "anshorut thoghut" atau para pendukung tiran," terang Noor Huda saat dihubungi Republika, Kamis (6/7/17).
Sehingga, Huda menilai, untuk menanggulangi terorisme di Indonesia juga diperlukan keterlibatan masyarakat sipil terutama pemuka agama dan tokoh masyarakat untuk bisa memangkas lingkaran radikalisme.
Karena, ada kesalahan perspektif jihad yang diyakini oleh para kelompok radikal tersebut. "Benar jihad itu adalah ajaran Islam, tapi pelaksanaanya kan tidak bisa serampangan seperti yang hari ini dilakukan oleh pendukung ISIS ini," kata Huda.
Terhadap kepolisian, Huda menyarankan, agar Polisi bisa melakukan beberapa upaya pencegahan terorisme. Seperti, merangkul tokoh agama dan masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang jihad. Lalu, jangan main asal tembak tersangka pelaku teror karena itu bisa menciptakan rasa curiga masyarakat kepada pola kerja aparat.
Sebelumnya, beberapa kali terjadi serangan bom bunuh diri dan ancaman lain terhadap kepolisian. Terakhir, Selasa (4/7/17) sebuah bendera hitam bertuliskan huruf Arab yang identik degan bendera kelompok radkal Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) terpasang di depan kantor Polisi Sektor Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Bendera tersebut diduga dipasangkan oleh seorang pengendara motor. Pelaku juga menitipkan pesan bernada ancaman sebelumnya di Satlantas Polres Serang, Banten.