Rabu 05 Jul 2017 18:30 WIB

Daya Beli Masyarakat Turun, Mensos: Bansos Bukan untuk Belanja Lebaran

Rep: Kabul Astuti/ Red: Ratna Puspita
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawanasa.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawanasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menanggapi catatan adanya penurunan daya beli masyarakat selama Ramadhan dan Lebaran 2017. Menurut Khofifah, Kemensos mempunyai skema bantuan sosial bagi keluarga tidak mampu.

Namun, Khofifah menegaskan, bantuan sosial yang disalurkan Kemensos memang bukan untuk belanja lebaran, tetapi untuk sekolah dan perbaikan gizi. Bahkan, Khofifah mengingatkan warga penerima bantuan untuk menabung dana bantuan yang mereka terima kalau memang belum ada kebutuhan mendesak.

"Menjelang Lebaran pun saya masih keliling menyaksikan pencairan. Saat yang sama saya pesan bahwa kalau tidak diperlukan ditabung dulu. Karena ini untuk anak sekolah dan tambahan gizi bagi ibu hamil dan bayi-balita," kata Mensos kepada Republika, Rabu (5/7).

Mensos menjelaskan bansos Program Keluarga Harapan (PKH) diberikan untuk kebutuhan pendidikan dan perbaikan nutrisi ibu hamil-anak balita. Saat ini, ada enam juta penerima bantuan sosial non tunai PKH di seluruh Indonesia. Kemensos sedang menyiapkan 10 juta penerima PKH pada tahun 2018.

Data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat adanya penurunan daya beli sekaligus permintaan masyarakat pada bulan puasa dan Lebaran 2017. Data BPS juga mencatat laju inflasi inti pada masa puasa sampai Lebaran 2017 sebesar 0,42 persen atau yang terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Secara terpisah, Khofifah mengklaim bansos non-tunai berdampak signifikan dalam percepatan penanganan kemiskinan, serta mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 

"Intervensi yang dilakukan PKH sejak anak masih dalam kandungan, di mana selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan," kata dia.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito mengakui adanya penurunan daya beli tersebut. Enggartiasto memandang penurunan daya beli ini karena perubahan pola belanja di masyarakat. Menurut dia, masyarakat sudah lebih cerdas mengelola uang. Selain itu, Mendag menuturkan, kemungkinan ada pengalihan transaksi kepada penjualan online.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement