REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Zulkifli Hasan mempunyai kenangan tak terlupakan saat musim mudik lebaran. Pikiran Zulkifli Hasan menerawang pada memori tahun 1980-an, ketika Jakarta belum sepadat dan mudik dengan sepeda motor menjadi persoalan seperti sekarang.
Zulkifli merantau ke Ibu Kota untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 53 Jakarta dan Fakultas Ekonomi Universitas Krisnadwipayana (Unkris), Jakarta. Kala itu, Zul bercerita dia biasa mudik dengan sepeda motor ketika masih kuliah.
"Dulu tahun 1980-an ketika masuh SMA, kalau Lebaran saya pulang naik motor ke Lampung," kata Zul bercerita dengan wajah riang, saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
Bagi Zul, menempuh jarak sekitar 175 kilometer dengan sepeda motor bukanlah halangan. Dia rela memacu sepeda motornya selama berjam-jam demi bisa berkumpul dan merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung halamannya di Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengaku tradisi mudik dengan sepeda motor akan selalu menjadi kenangan yang tidak pernah terlupakan. Zul mengisahkan kala itu perjalanan panjang dan melelahkan dari Ibu Kota ke Lampung kerap diterpa angin sepanjang perjalanan. Namun, rasa lelah hilang ketika dia bertemu dengan orangtua, sanak saudara, dan teman.
"Waduh rasanya happy sekali," ucapnya.
Zul mengatakan ketika mengenang memori tersebut, dia kerap ingin mengulang masa-masa remaja. Sayangnya, hal itu tidak mungkin dia lakukan. Ia melanjutkan kisahnya berlebaran di kampung halaman. Pada masa kecil, Zulkifli tidak pernah absen berpartisipasi ikut pawai keliling dengan bedug dan kentongan.
Kemudian pada pagi harinya, dia bersama teman-temannya berkumpul di masjid terdekat yang ada di kampung halamannya. Mereka membawa makanan dari rumah masing-masing untuk disantap beramai-ramai.
"Saya selalu kebagian sisanya. Kalau ayam, saya kebagian tulang-tulangnya," ujarnya.
Setelah shalat id, momen yang paling ditunggu-tunggu adalah pembagian uang lebaran. "Dari orang tua, paman, saudara-saudara, dapat banyak angpao saya senang, dan momen itu paling tidak bisa dilupakan," ucapnya.
Zul juga mengaku memiliki sejumlah makanan favorit ketika Hari Raya Idul Fitri, di antaranya semur ayam, semur daging, dan makanan yang terbuat dari ketan. Sampai sekarang, makanan tersebut harus terhidang di meja saat lebaran. Menurut Zul, makanan-makanan tersebut sangat lezat, apalagi kalau dimakan bersama keluarga besar.
"Pokoknya semur ayam, semur daging dan ketan semacam lemang atau lepet kalau di Jawa, itu tidak boleh ditinggal," ujar dia.
Tradisi yang juga masih berjalan setiap Lebaran, yaitu berziarah. "Kalau orang Jawa disebutnya nyekar, ke makam orang tua, dan sanak famili. Saya kira, itu tradisi yang bagus, sekaligus mengingat kematian," kata Zulkifli.