Sabtu 24 Jun 2017 07:17 WIB

Pendidikan Karakter adalah Fokus Utama Muhammadiyah

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Didi Purwadi
Ratusan murid SD Muhammadiyah 15 Surabaya mengikuti sarapan bersama pada acara Bancakan Hari Gizi Nasional di halaman sekolah mereka di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (25/1).
Foto: Antara/Moch Asim
Ratusan murid SD Muhammadiyah 15 Surabaya mengikuti sarapan bersama pada acara Bancakan Hari Gizi Nasional di halaman sekolah mereka di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pendidikan karakter menjadi salah satu agenda yang didengung-dengungkan oleh pemerintah saat ini. Namun begitu, bagi Muhammadiyah agenda tersebut bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan gerakan pendidikan karakter sudah diaplikasikan dalam seluruh amal usaha Muhammadiyah, terutama di institusi pendidikan.

“Pendidikan karakter bukan hal yang baru bagi kami,” kata Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah, Baedhowi pada Republika.co.id, Kamis (22/6). Ia mengemukakan, dalam penerapannya, pendidikan karakter di sekolah Muhammadiyah teraplikasi melalui pelajaran Ismuba.

Bahkan, mata pelajaran yang merupakan singkatan dari keislaman, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab itu wajib diajarkan di seluruh sekolah persyarikatan. Mulai dari SD, SMP, SMA/SMK, hingga madrasah.

Pelajaran Kemuhammadiyahan sendiri berisi mengenai nilai-nilai religius dan keteladanan Rasulullah SAW. Selain itu, mata pelajaran ini juga mengajarkan mengenai praktik-praktik kebaikan dan sistem organisasi Muhammadiyah.

Baedhowi mengatakan, meski diajarkan di dalam kelas, goal dari mata pelajaran Ismuba adalah praktik-praktik nyata dalam kehidupan. Pengamalannya pun dapat dimulai dari hal-hal kecil di sekolah, seperti berdoa sebelum belajar, sopan santun kepada guru, dan tepat waktu pada setiap jam pelajaran.

''Kami memang menekankan nilai-nilai religius dalam pendidikan karakter. Tapi nilai religus ini bukan hapalan, melainkan sesuatu yang harus dipraktikan,” ujar Baedhowi. Maka itu sebagai sesuatu yang penting, tak tanggung-tanggung, Muhammadiyah mewajibkan pelajaran Ismuba bagi sekitar 6.500 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bahkan durasi pembelajaran tersebut ditingkatkan. Jika sebelumnya hanya tujuh jam per pekan, maka saat ini menjadi 11 jam per pekan. Namun demikian, Baedhowi mengatakan, adanya pendidikan karakter berupa Ismuba tidak berarti mengurangi pentingnya pelajaran lain.

Pasalnya proses belajar siswa harus berjalan secara seimbang. Baik akademik maupun pendidikan karakter. Baedhowi menilai, penerapan pendidikan karakter di sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah berjalan cukup baik.

Bahkan saat ini banyak institusi pendidikan Muhammadiyah yang sudah menjadi sekolah unggulan di daerahnya masing-masing. Seperti SMP Muhammadiyah Solo, SMP Muhammadiyah Malang, dan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta.

Walau begitu, Baedhowi mengakui, masih ada sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertinggal. Bahkan tak jarang ada juga yang terancam tutup, karena berbagai faktor. Guna mendorong perbaikan di sekolah-sekolah tersebut, Disdakmen Muhammadiyah menerapkan sistem imbas.

Di mana sekolah yang sudah bagus bertanggungjawab untuk mendampingi sekolah-sekolah yang rentan, sampai sekolah tersebut pulih kembali dari segi kualitas dan kuantitas. Hal ini dilakukan agar sekolah-sekolah yang didampingi mendapat percontohan yang baik untuk melaksanakan pola pendidikan Muhammadiyah.

“Harapannya dengan sistem imbas ini, lambat-laun seluruh sekolah Muhammadiyah bisa memiliki kualitas yang sama. Karena kami berharap alumni yang dihasilkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah bisa menjadi lulusan yang memiliki budi pekerti baik, cerdas, punya keterampilan, dan bermartabat,” kata Baedhowi.

Meski arahan garis besar mengenai pendidikan karakter dari Dikdasmen Muhammadiyah sudah ada, setiap sekolah di daerah berhak untuk mengembangkan program-program lain. Pasalnya, setiap sekolah memiliki hak otonomi sendiri untuk membuat kegiatan internal dengan tujuan pengembangan pendidikan.

Hal ini pun dibenarkan oleh pengurus sekolah persyarikatan, salah satunya Kepala Sekolah SMP 1 Muhammadiyah Depok Sleman (Musade) Abdullah Mukti. Menurutnya, program khusus yang dilaksanakan di Musade diterapkan dengan penambahan pengayaan bahasa inggris dan bahasa jawa pada Ismuba.

Selain itu, sekolah juga sering menggelar kegiatan-kegiatan khusus yang bersifat internal untuk meningkatkan kapasitas orang tua dalam mendidik anak. Sebab, pendidikan karakter tidak dapat hanya dilaksanakan di sekolah, melainkan juga harus didukung oleh kondisi keluarga dan masyarakat.

Adapun untuk sistem Imbas, sebagai sekolah piloting pendidikan karakter, Musade juga bertanggungjawab untuk mendampingi sekolah-sekolah lain. “salah satu sekolah imbas kami adalah SMP Muhammadiyah Turi,” kata Abdullah.

Maka itu, Musade sering menyelenggarakan kegiatan bersama dengan sekolah tersebut. Baik dalam bentuk pengajaran kelas maupun kegiatan siswa yang bersifat bakti sosial. Abdullah mengatakan, sistem Imbas dengan SMP Muhammadiyah Turi sudah dapat dilihat hasilnya. Di mana sekarang jumlah siswa di sekolah yang berbatasan dengan Magelang itu sudah cukup meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement