Selasa 20 Jun 2017 21:00 WIB

Sambal Ikan Salai dari Ibu-Ibu Desa Supat

Rep: Maspril Aries/ Red: Mohamad Amin Madani
Adjie Suryaningrat Manajer CSR PT Conocophillips menjelaskan tentang pembinaan dan dukungan perusahaan tersebut terhadap inovasi sambal ikan salai oleh ibu-ibu di Desa Babat Supat.
Foto: Republika/Maspril Aries
Adjie Suryaningrat Manajer CSR PT Conocophillips menjelaskan tentang pembinaan dan dukungan perusahaan tersebut terhadap inovasi sambal ikan salai oleh ibu-ibu di Desa Babat Supat.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Ikan salai selama ini dikenal di Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai lauk yang diolah dalam bentuk pindang ikan salai. Di tangan ibu-ibu dari Desa Supat, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) ikan salai (ikan asap) diolah dalam bentuk kuliner sambal.

Wati, 43 tahun seorang ibu rumah tangga bersama lima orang ibu rumah tangga lainnya membuat sebuah inovasi produk sambal ikan salai yang diberi nama “Aroma” sesuai dengan nama kelompok wadah tempat mereka berkumpul. Sambal ikan salai “Aroma” tersebut kini sudah beredar di pasar, mini market dan super market yang ada di Sumsel berkat binaan dan dukungan perusahaan kontraktor minyak dan gas (migas) PT Conocophillips Indonesia.

Adjie Suryaningrat Manajer CSR PT Conocophillips menjelaskan, “Sambal ikan salai Aroma merupakan inovasi kreativitas ibu-ibu dari Desa Supat. Conocophillips terus mendorong membantu pemasarannya. Kami harapkan pada Asian Games 2018 mendatang bisa eksis bersaing dengan produk sambal sejenis dalam kemasan.”

Senin malam (19/6) dalam rangkaian buka puasa bersama PT Conocophillips di Palembang, Wati bersama rekannya Heltalia, 36 tahun mempromosikan produk kuliner mereka di depan wartawan dan tamu undangan.

“Sambal ikan salai ini bahannya cabai diolah dengan ikan salai dari jenis ikan patin dan ikan baung segar yang kami beli dari warga di Muba. Lalu kami olah menjadi sambal dengan pengawet alami,” kata Wati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement