REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan Muhammadiyah saat ini tengah memperluas peranannya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya dengan memanfaatkan perguruan tinggi baik yang ada di Muhammadiyah maupun di luar Muhammadiyah.
Menurutnya, pemanfaatan perguruan tinggi tersebut sangat strategis sebagai pemasok kader bangsa di berbagai lingkungan. “Baik dosen dan guru besar dengan berbagai macam keahlian yang dimiliki sangatlah penting,” kata Haedar, saat menghadiri acara Silaturahim Keluarga Alumni Muhammadiyah Universitas Gajah Mada (UGM), di Hotel UC UGM Yogyakarta, akhir pekan lalu.
Diakui, Muhammadiyah banyak memiliki peluang, baik dalam kepentingan pemikiran maupun hal yang taktis dan strategis yang memerlukan dukungan dari kalangan perguruan tinggi.
“Terlebih dalam kehidupan umat dan bangsa saat ini, karena terkadang Muhammadiyah mendapat banyak tawaran dalam memberikan solusi pemecahan masalah yang dihadapi pemerintahan. Salah satunya adalah masalah redistribusi lahan,” ujarnya.
Maka dari itu, lanjut Haedar, pemikiran-pemikiran dalam memecahkan masalah itu tidak mungkin dapat tersampaikan jika tidak didukung oleh pikiran-pikiran dengan konsep dan program yang datang dari kader-kader Muhammadiyah, khususnya dari Alumni Keluarga Muhammadiyah UGM.
Dalam pleno Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ia pun diberikan amanah agar bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk dapat berkomunikasi agar kader-kader serta keluarga Muhammadiyah di PTN dapat menyebarluaskan misi dan pikiran-pikiran Muhammadiyah.
“Banyak anak dari keluarga Muhammadiyah masuk ke PTN tetapi belum terbina oleh IPM maupun IMM dan akhirnya lari ke organisasi lain, yang mungkin di dalam kampusnya tidak memperoleh pengetahuan bagaimana perspektif Islamnya Muhammadiyah. Sehingga penting untuk mengomunikasikannya secara intens,” kata Haedar, dikutip dari laman muhammadiyah.or.id.
Selain itu, ditegaskan, Muhammadiyah juga memiliki keperluan dalam menghadapi dinamika Islam dan kebangsaan yang tidak sesuai. Bahkan untuk meyakinkan kelompok-kelompok yang mungkin terlalu ke kanan maupun ke kiri bahwa Muhammadiyah berada di tengah Islam yaitu wasatiyah sangat memerlukan argumentasi yang kuat.
“Jika kader-kader Muhammadiyah dalam mengirim pesan dakwah dari hati, maka orang lain juga akan menerimanya dengan hati,” jelasnya.