REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Pengelolaan Bandara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, segera diserahkan dari Kementerian Perhubungan kepada PT Angkasa Pura II (Persero) untuk mempercepat pengembangannya.
"Kami akan serahkan pengelolaannya ke Angkasa Pura II dalam dua hingga tiga bulan ke depan," kata Menhub Budi Karya Sumadi saat kunjungan kerja di Banyuwangi yang berakhir pada Sabtu (17/6) malam.
Saat ini, bandara tersebut berada di bawah pengelolaan Kemenhub melalui Unit Pelayanan Bandar Udara (UPBU). Dengan dikelola AP II, pengembangan bandara yang mempunyai terminal hijau pertama di Indonesia itu bisa lebih cepat dilakukan sehingga berdampak pada perekonomian daerah.
"Evaluasi sudah kami lakukan. Kami berharap penyerahan bandara bisa dilakukan secepatnya," kata Budi dalam keterangan Pemkab Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mendukung sepenuhnya langkah itu. "Terima kasih pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, dan Kementerian Pariwisata yang punya concern luar biasa mengembangkan daerah," ujar Anas.
Anas mengatakan dengan pengelolaan oleh AP II, pengembangan bandara bisa lebih cepat dilakukan. "AP II tentu lebih detail dan cepat karena mereka sudah sangat profesional di bidang itu," ujar Anas.
Bandara Banyuwangi mulai beroperasi pada 2010. Sejak 2014, pemerintah daerah mengembangkan terminal baru berkonsep hijau dengan dana APBD Banyuwangi dan Pemprov Jatim. Bupati Anas sengaja mengambil konsep itu untuk menunjang pengembangan wisata.
"Karena kalau mau bersaing dengan kota besar jelas kalah. Semuanya bandara penuh kaca, mahal. Maka perlu diferensiasi. Kami putuskan bikin yang unik, timeless, berkonsep hijau dan mengadopsi budaya lokal sehingga ini bukan hanya bandara, tapi landmark baru yang menarik wisatawan," kata Anas.
Anas lalu meminta arsitek Andra Matin untuk menerjemahkan ide tersebut. Lalu jadilah terminal baru yang kini hanya tinggal menunggu izin operasi. Terminal bandara ini mengedepankan konsep rumah tropis dengan penghawaan udara alami, sehingga nyaris tanpa AC. Desain interior minim sekat untuk menjamin sirkulasi udara dan sinar matahari. Terminal dikelilingi kolam ikan untuk mengoreksi tekanan udara, sehingga suhu ruang tetap sejuk.
Penerbangan ke Banyuwangi ada sebanyak empat kali sehari, yaitu tiga dari Surabaya oleh Garuda Indonesia dan Wings Air. Ada pula rute Jakarta-Banyuwangi oleh Nam Air. Jumlah penumpang terus melonjak. Pada 2011, jumlah penumpang baru 7.826 orang per tahun, lalu melonjak hingga 1.339 persen menjadi 112.661 orang pada 2016.
Direktur Utama AP II Muhamad Awaludin membenarkan rencana penyerahan tersebut. "Tim kami sudah ke Banyuwangi. Terminalnya oke, runway baru. Ke depan perlu memperluas apron sehingga bisa menampung lebih banyak pesawat. Ini untuk menyambut World Bank-IMF Annual Meeting di Bali Oktober 2018. Banyak pesawat dari luar negeri dan private jet, Bali tidak cukup menampungnya. Nanti sebagian dialihkan ke Banyuwangi," ujarnya.
Saat pembukaan rute Jakarta-Banyuwangi, Jumat (16/6), Menteri Pariwisata Arief Yahya juga mendukung pengelolaan bandara Banyuwangi oleh AP II. "Bandara cantik ini akan diserahkan ke AP II, agar lebih profesional dan lebih cepat berkembang," ujarnya.