REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Menteri Luar Negeri Qatar, Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengatakan, Qatar tidak akan menyerah pada tekanan yang diberikan oleh negara-negara tetangganya. Negara itu juga tidak akan mengubah kebijakan luar negerinya, untuk menyelesaikan perselisihan di wilayah.
Syeikh Mohammed bin Abdulrahman membuat pernyataan itu di Doha pada Kamis (8/6), beberapa hari setelah Bahrain, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan beberapa negara lainnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Mereka menuduh Qatar telah mendukung kelompok bersenjata dan mendukung saingan regional mereka, yaitu Iran.
"Kami belum siap untuk menyerah dan tidak akan pernah siap untuk menyerahkan kemerdekaan kebijakan luar negeri kami," kata dia, dikutip Aljazirah.
Dia juga mengatakan, Emir Qatar, Syeikh Tamim bin Hamad Al Thani, tidak akan meninggalkan negara tersebut meski diblokade. Ia pun tidak dapat menghadiri mediasi yang ditawarkan oleh Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
Koresponden Aljazirah, Hashem Ahelbarra, yang melaporkan dari Doha, mengatakan Syeikh Mohammed bin Abdulrahman telah menunjukkan sikap menantang. Ia juga menekankan, Qatar akan tetap hidup, meski berada dalam embargo untuk selama-lamanya. "Dia mengatakan Qatar mendapat dukungan dari masyarakat internasional dan mereka akan berhasil mengurangi konsekuensi krisis ini," kata Ahelbarra.
Baca juga, Empat Negara Ini Putuskan Hubungan dengan Qatar, Mengapa?
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, mengatakan kepada kantor berita AFP, tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Qatar ini bertujuan untuk menekan negara tersebut karena telah membuat perubahan kebijakan yang drastis. "Ini bukan tentang perubahan rezim. Ini tentang perubahan kebijakan, perubahan pendekatan," kata dia.
Keempat negara Arab itu telah menghentikan semua penerbangan ke dan dari Doha dan menutup jalur laut dan udara ke Qatar. Arab Saudi juga menutup perbatasan daratnya dengan Qatar.
Sejumlah pengamat mengatakan, krisis tersebut merupakan perpanjangan dari perselisihan yang sudah ada sebelumnya dengan Arab Saudi, UEA dan Bahrain. Sebelumnya, negara-negara itu juga pernah menarik duta besar mereka dari Doha pada 2014 karena dukungan Qatar untuk Ikhwanul Muslimin.