REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil masih menduduki posisi pertama dalam tingkat keterpilihan calon gubernur di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018 pada survei Indo Barometer. Menyikapi hal tersebut, Ridwan Kamil menilai, survei tersebut bukan menjadi jaminan akan memiliki kesempatan politik kuat di Pilgub Jabar. Karena, mengingat ketertarikan masyarakat di pedesaan masih lemah.
"Nah kalau survei sekarang tinggi, saya nggak mau takabur, jadi tetap melihat kelemahan, kuat di kota lemah di desa," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Jumat (9/5). Emil mengatakan, safari politik ke daerah-daerah menjadi agenda utama untuk memangkas kelemahannya. Jadi, ia fokus bersosialisasi ke masyarakat Desa di akhir pekan.
"Karena Senin Jumat itu hanya untuk warga Bandung," katanya. Emil menjelaskan, hasil survei hanya menjadi salah satu faktor yang belum memberikan jaminan kuat akan mendulang suara banyak.
Menurut Emil, dalam demokrasi saat ini, faktor yang menentukan politik itu banyak ukurannya. Jadi, survei bukan segalanya. "Survei itu hanya ukuran-ukuran yang terbaca secara psikologis," katanya.
Emil menegaskan, berkaca pada Pemilihan Wali Kota Bandung 2013, konstelasi politik bisa berubah drastis. "Bisa saja surveinya tinggi, ujungnya rendah atau awalnya rendah ujungnya tinggi. Seperti saya dulu Pilwalkot, mulainya cuma enam persen, menangnya 45," katannya.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei yang dirilis pada Selasa 6 Juni 2017 itu, responden memilih pemimpin berdasarkan kewibawaan 13 persen, pintar 11,5 persen, berkinerja bagus 9,4 persen dan berpengalaman 8,5 persen.
Hasilnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menduduki posisi pertama dengan persentase 28,6 persen. Di posisi kedua yaitu Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar 18,8 persen dan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi 11,5 persen.