Selasa 06 Jun 2017 23:30 WIB

Fenomena Calo Penukaran Uang di Monas

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Penjual jasa penukaran uang baru menawarkan uang baru kepada pengguna jalan di pinggiran jalan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (6/6). Pada bulan Ramadan, para penjual jasa penukaran uang baru ramai bermunculan di pinggir-pinggir jalan, mereka menukarkan uang baru tersebut dengan tambahan 10 persen dari jumlah uang yang ditukarkan.
Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Penjual jasa penukaran uang baru menawarkan uang baru kepada pengguna jalan di pinggiran jalan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (6/6). Pada bulan Ramadan, para penjual jasa penukaran uang baru ramai bermunculan di pinggir-pinggir jalan, mereka menukarkan uang baru tersebut dengan tambahan 10 persen dari jumlah uang yang ditukarkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meskipun Idul Fitri masih setengah bulan lagi, jasa penukaran uang sudah mulai menjamur. "Layanan Kas Keliling Bank Indonesia" pun sudah digelar di berbagai tempat salah satunya di Lapangan IRTI Monumen Nasional, Jakarta Pusat.

Penukaran uang tunai yang dilayani BI dan 13 bank lainnya di Lapangan IRTI Monas dilayani sampai (16/6) setiap hari kerja mulai pukul 09.00 WIB. Setiap harinya, penukaran uang dibatasi hingga 1.400 antrean.

Akibatnya, banyak warga yang datang saat layanan jasa tukar uang itu tutup lantaran tidak tahu jadwal penukaran uang. Situasi tersebut pun dimanfaatkan para calo jasa tukar uang yang dikenal dengan "inang-inang".

Pantauan Republika pada Selasa (6/6) penukaran uang sudah ditutup pada pukul 13.30 WIB. Beberapa "inang-inang" dengan cekatan menawarkan jasa penukaran uang, tarif penukaran uang mereka berikan mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu untuk setiap transaksi Rp 100 ribu.

Kristina (30 tahun) salah seorang calo menuturkan, saat ini penukaran uang masih belum begitu ramai. "Ramai itu kalau H-7 lebaran, kalau sekarang masih sepi," ungkap Kristina kepada Republika, Selasa (6/6).

Ia mengungkapkan biasanya mengeluarkan modal Rp 3 juta sampai Rp 5 juta, keuntungan yang ia dapatkan saat ini kisaran Rp Rp 10 ribu sampai Rp 100 ribu setiap harinya. Namun, saat mendekati Lebaran keuntungan yang ia dapat sampai Rp 500 ribu setiap harinya.

Selama ini, pecahan yang paling laris adalah uang kertas Rp 2.000 karena merupakan pecahan yang dapat ditukarkan paling dengan jumlah yang banyak dan biasanya untuk diberikan untuk anak-anak. Menjelang hari lebaran, ia biasa menjajakan uang di wilayah Lebak Bulus atau Pondok Indah. "Rumah kan di Pamulang, jadi biasanya jualnya di sekitaran Lebak Bulus atau Pondok Indah," tuturnya.

Kristina menambahkan, selain menukarkan uang di BI, dirinya juga kerap menukarkan uang di kawasan kota tua. "Kalau bukan di BI, biasanya di kawasam kota tua nukerinnya, ya emang dilebihin juga di sana, tapi bisa dapat lebih murah juga," kata dia.

Banyak warga yang datang saat layanan jasa tukar uang itu tutup lantaran tidak tahu jadwal penukaran uang.  Alfi (28 tahun) salah satunya.

Pegawai swasta di kawasan Thamrin itu mengungkapkan, dirinya selalu menukarkan uang di layanan Bank Indonesia setiap bulan ramadhan. Uang recehan yang ia tukarkan tersebut, nantinya akan ia bagikan saat lebaran Idul Fitri kepada para keponakannya.

Sayangnya,  pada hari ini ia terlambat datang dan jasa penukaran uang yang digelar BI sudah tutup. "Pas datang sudah tutup, paling besok ke sini lagi pas jam istirahat," ungkap Alfi kepada Republika,  Selasa (6/6).

Lebih lanjut Alfi menuturkan, dirinya juga sempat ditawarkan oleh para "inang-inang". "Sempat dipaksa buat beli sama" inang-inang" juga tadi. Tapi kan riba kalau beli sama mereka, jadi saya mending besok balik lagi saja ke sini," ucap Alfi.

Hal senada diungkapkan Sita (23), saat memasuki kawasan  IRTI Monas,  dirinya langsung ditawari oleh para "inang-inang", "takut juga, mereka soalnya memaksa saya untuk membeli, sampai mengikuti saya gitu, padahal saya sudah bilang tidak mau, saya lebih baik menukarkan uang di bank saja," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement