Selasa 06 Jun 2017 18:54 WIB

Catatan Kecil Ekstremisme dan Tren Keberagaman

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Romo Franz Magnis Suseno
Foto: bnpt
Romo Franz Magnis Suseno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Katolik, Romo Franz Magnis Suseno, menjadi salah satu pembicara di dialog antar agama yang diadakan di Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah. Dalam paparannya, ia sempat menceritakan perjalanan gereja Katolik di masa lalu.

"Termasuk, abad lalu, ketika Gereja Katolik akhirnya mulai membuka diri, terutama kepada Protestan," kata Franz kepada Republika.co.id, Selasa (6/6).

Padahal, lanjut Franz, sebelumnya Gereja Katolik terbilang sangat memusuhi agama-agama lain, tidak terkecuali Islam. Hubungan Katolik dan Islam mulai ada komunikasi pada 70-an, setelah sebelumnya tidak ada sama sekali komunikas yang baik.

Franz berpendapat, komunikasi itu memiliki posisi penting dalam rangka bersama-sama menentang kekerasan, terutama yang ada di Indonesia. Ia menlihat, komunikasi itu berperan untuk mengembangkan paham keagamaan yang tidak membuat takut.

"Tapi, ekstrimisme sendiri hadir karena modernitas perubahan, ditambah suasana kapitalis dengan semakin banyaknya usaha komunitas yang berhadapan," ujar Franz.

Saat ini, dia menuturkan, semakin banyak orang yang usahanya berkompetisi tidak tidak lagi dijalankan dengen kebersamaan. Menurut Franz, persaingan malah merujuk kepada ancaman yang tentu bukan tidak mungkin menimbulkan primordialisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement