REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam rangka ikut berpartisipasi mendukung Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017, Komnas Pengendalian Tembakau bekerja sama dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) meluncurkan iklan layanan masyarakat (ILM) “Ngerokok Cuma Bakar Uang”. ILM pada bus TransJakarta ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat akan kerugian “membakar uang” dalam konsumsi rokok.
“Iklan layanan masyarakat yang kami buat ini untuk mengingatkan masyarakat bahwa merokok itu sangat sia-sia. Masyarakat Indonesia harus pandai memilih prioritas dalam hidupnya sehingga bukannya memilih membelanjakan uangnya untuk rokok, tapi untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat, seperti perbaikan gizi keluarga, memilih pendidikan yang bagus untuk anaknya, dan sebagainya,” ujar Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau, Prijo Sidipratomo di Gedung Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (6/6).
Prijo berkata, peringatan bahayanya mengonsumsi rokok juga sejalan dengan apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2017 beberapa waktu lalu, agar tidak menggunakan uang hanya untuk membeli rokok dan mengabaikan untuk menambah gizi anaknya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Transjakarta Budi Kaliwono menegaskan Transjakarta mendukung seluruh upaya untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat akan kerugian “membakar uang” dalam konsumsi rokok. Caranya dengan menempatkan iklan layanan masyarakat “Ngerokok Cuma Bakar Uang” pada satu unit bus articulated stiker full body selama enam bulan.
Selain itu, iklan layanan masyarakat juga tertera pada kaca belakang di sepuluh bus Transjakarta. Strategi tersebut diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk berpikir ekonomis dalam pilihannya mengonsumsi rokok saat melihat iklan layanan masyarakat ini beredar di jalanan Jakarta.
"Di setiap iklan layanan masyarakat juga tertera nomor Layanan Berhenti Merokok oleh Kementerian Kesehatan RI: 0800-177-6565, bagi masyarakat yang ingin berhenti merokok," ujar Budi.
Saat ini ILM “Ngerokok Cuma Bakar Uang” dipasang di 21 bus Transjakarta, yakni di 10 bus single, 10 bus pink di koridor 1 dan koridor 9, dan 1 bus gandeng. Selain itu, sambung Budi, selama ini Transjakarta juga sudah melakukan upaya pengendalian tembakau dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh bus maupun halte Transjakarta. Aturan ini bertujuan melindungi masyarakat dari bahaya rokok.
Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih mencapai 11,13 persen atau sekitar 28,51 juta (September, 2015). Yang memprihatinkan, di waktu yang sama, rokok (atau lebih spesifik rokok kretek filter) menjadi komoditi nomor dua tertinggi yang memberi pengaruh besar terhadap garis kemiskinan setelah beras, yaitu masing-masing sekitar 8 persen, baik di perkotaan maupun di pedesaan.