REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) optimistis dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, sektor pariwisata akan menjadi unggulan dan nomor satu mengalahkan sektor pertanian dan pertambangan. Saat ini, komoditas unggulan masih didominasi dari sektor pertanian, pertambangan (kecil) dan jasa perdagangan (pariwisata).
“Komoditas utama, pertanian, pertambangan tapi mengecil dan jasa perdagangan yaitu pariwisata nomor tiga. Mungkin dia (pariwisata) bisa dalam 5 sampai 10 tahun menjadi pertama mengganti pertanian,” ujar Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi kepada wartawan disela-sela safari dakwah Ramadhan 1438 Hijriah di Kota Bandung, Senin (5/6).
Menurutnya, saat ini pihaknya tengah menggenjot program pariwisata halal di NTB yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir. Dari sisi kebijakan, pemprov telah membuat peraturan daerah wisata halal.
Sementara dari sisi pelaku usaha wisata, dilakukan sertifikasi halal bagi pelaku UMKM di NTB. Selain itu, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) disiapkan lahan seluas 250 hektar untuk halal hub.
Ia menuturkan, saat ini jumlah wisatawan yang berkunjung ke NTB pada 2016 mencapai 3,1 juta meningkat 50 persen dari 2015 sebesar dua juta kunjungan. Kebanyakan wisatawan yang datang berasal dari Malaysia, Eropa, Australia dan Timur Tengah.
Keberadaan daerah lain yang mengusung wisata halal seperti Sumatra Barat tidak lantas menyebabkan terjadi persaingan sebab pasar wisatawan Muslim sangat besar. Dia menambahkan, keberadaan wisata halal juga menjadi jawaban terhadap adanya anggapan bahwa pariwisata tidak akan berkembang di daerah Muslim dan masyarakat Muslim resisten yang itu tidak benar. Sebab di NTB sendiri terdapat kedewasaan di masyarakat yang mampu memahami perbedaan sebagai khazanah.
“Mengenal Islam tidak hanya formal legal tapi bagaimana aspek kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat itu yang dikedepankan,” ungkapnya.
Pihaknya juga membangun satu sistem agar pariwisata tidak berbenturan dengan budaya dan agama. Peran merawat nilai tersebut berada di lembaga pendidikan agama seperti pesantren, sekolah, tokoh agama dan budaya serta peran orang tua.
“Kalau anda ke (Gili) Trawangan itu adalah desa global, di situ setiap hari 2.500 turis ada dari Eropa tapi Trawangan punya dua mesjid besar yang bisa menampung hingga 500 orang. Turis malah bahkan respek dekat masjid tidak melakukan hal aneh ketika di pantai,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, dewan kemakmuran masjid pun membuka jasa alat snorkeling kepada turis di Trawangan. Zainul Majdi mengatakan kehadirannya di Jawa Barat, khususnya di Bandung berharap agar ada kerja sama yang terus dilakukan antar kedua provinsi. Salah satunya sektor pariwisata yang bisa dikolaborasikan. Selain itu, Bandung sebagai kota kreatif harus bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa NTB yang belajar di Kota Bandung untuk belajar entrepreneurship.