REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali menegaskan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam atau Muslim, tapi bukan kelompok radikal atau ekstrem yang akhir-akhir mengganggu keamanan dunia melalui aksi-aksi terorisme.
"Soal ekstremisme dan radikalisme masih pertanyaannya seperti biasa, apa dan di mana, tapi tidak ada menjawabnya tentang kenapa, padahal radikalisme selalu terjadi di negara yang gagal, Afghanistan ada Taliban, Irak dan Suriah ada ISIS, kemudian karena tindakan semena-mena negara-negara besar kepada negara-negara itu, timbullah kemarahan, hilang harapan, nah timbullah radikal," kata Wapres di Hotel Imperial Tokyo, Jepang, Senin.
Wapres menyampaikan hal itu dalam pidatonya di forum Nikkei "Konferensi Internasional Ke-23: Masa Depan Asia" yang mengambil tema "Globalisme di Persimpangan: Langkah Asia selanjutnya''.
Sementara di Indonesia, Wapres mengatakan Indonesia bukan negara gagal dan Pemerintah tidak akan membiarkan paham-paham radikal dan ekstrem menyebar luas. "Bahwa ada orang-orang yang berpikir tentang khalifah memang ada, tapi perkembangannya tidak sebesar yang dibayangkan, dan belajar dari itu, pemerintah menanggapinya dengan serius,'' kata dia.