Kamis 01 Jun 2017 06:10 WIB

Panglima TNI: Tidak Usah Perdebatkan Perbedaan Agama

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Bayu Hermawan
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
Foto: dok.Istimewa
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan tidak ada alasan menjadikan agama sebagai alat permusuhan dan perpecahan. Gatot mengatakan, setiap agama pasti mengajarkan kebaikan.

"Saya seorang muslim. Di dalam agama saya, Islam adalah agama yang paling baik, namun di agama lain, mereka juga berpikir yang paling baik. Jadi tidak usah diperdebatkan tentang perbedaan agama. Untuk ku agama ku dan untuk mu agama mu," ujar Gatot dalam keterangan pers kepada Republika.co.id, Rabu (31/5).

Panglima TNI juga mengajak seluruh aparatur sipil negara (ASN) untuk berperan aktif dalam mencegah maraknya provokasi dan adu domba di masyarakat. Ia menilai, ASN harus bisa mengajak seluruh masyarakat dalam menghapus sentimen negatif atas dasar perbedaan Suku, Agama, Ras dan antargolongan (SARA).

Gatot mengingatkan, Pancasila selain sebagai pandangan hidup, juga harus menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. "Cara beragama di Indonesia sudah ditetapkan dalam Sila Pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Bila tidak ada Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu, maka itu bukan Indonesia," jelasnya.

Gatot mengatakan, saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan kompetisi global. Dalam menghadapi tantangan tersebut, kata dia, bangsa Indonesia harus menjadi bangsa pemenang bukan bangsa pecundang.

Menurut Gatot, negara yang kalah dalam kompetisi akan menjadi negara multi krisis dan berimbas pada krisis sosial dalam bentuk migrasi lintas negara.

"Migrasi tidak sama seperti pengungsi, karena migrasi perpindahan manusia antar negara untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Bila kita lengah menjaga bangsa ini, tidak menutup kemungkinan bangsa Indonesia akan terkena dampak migrasi tersebut," katanya.

Dia mengutarakan, konflik antar negara di seluruh dunia saat ini sejatinya di latarbelakangi oleh perebutan energi, salah satu contohnya adalah konflik yang terjadi di wilayah Arab Spring. Kedepannya, konflik di dunia akan bergeser ke daerah ekuator, yang tadinya berlatar belakang energi, berubah karena alasan pangan, air dan energi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement